Minggu, 07 Maret 2010

tutorial mata

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi mata!
Jawab :
DEFINISI
Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Mata adalah bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan khusus.


STRUKTUR & FUNGSI

Mata memiliki struktur sebagai berikut:
a. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
b. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
c. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
d. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
e. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
f. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
g. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
h. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
i. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
j. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Sistem lakrimal
Produksi air mata memberikan pelumas alami dan mengencerkan serta membasuh partikel asing. Ada dua macam air mata yang biasanya diproduksi, yaitu : air mata pelumas dan air mata aqueous dihasilkan sebagai respon emosi dan iritasi hanya mengandung air. Air mata berair berlebihan tidak akan melekat pada mata tetapi akan bertumpah ke pipi. Air mata mengandung berbagai komponen yang dihasilkan oleh semua kelenjar. Kelenjar lakrimal yang memproduksi mata berair terletak di bagian anterior lateral atap orbita bagian atas. Lokasi ini memungkinkan membasahi mata secara diagonal ke arah kantus medial. Kelenjar lakrimal asesorius menjaga mata bagian anterior tetap lembab. Terdiri dari kelenjar Zeis(sebaseus) dan Moll(silliaris) yang terletak dalam batas kelopak mata. Kelenjar meibom tambahan(sebaseus) terletak pada suatu barisan sepanjang tarsus kelopak mata berperan dalam komponen minyak dalam air mata. Lapisan minyak ini menjaga agar air mata tidak menguap dan membanjir.
Air mata yang meninggalkan mata melalui system pengaliran lakrimal ke dalam sinus nasalis, ke luar melalui puncta, dua lubang kecil pada aspek atas dan bawah kantus medialis. Dari situ air mata mengalir melalui kalanikuli atas dan bawah yang kemudian bergabung menjadi sakus dan duktus lakrimalis, dan ke sinus nasalis.
Jumlah cahaya yang masuk mata dikontrol oleh iris.
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peke-cahaya karena adanya iris. Suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous humor. Pigmen di iris menentukan warna pada mata. Terdapat lubang dibagian tengah iris yang disebut pupil. Ukuran lubang ini disesuaikan dengan kontraksi otot-otot iris untuk memungkinkan banyak atau sedikitnya cahaya yang masuk. Iris menngandung dua kelompok jaringan otot polos, yaitu:
1. Sirkuler. Serat-serat otot berjalan melingkar di dalam iris
2. Radial. Serat-seratnya berjalan keluar dari batas pupil.
Apabila otot sirkular berkontraksi membentuk cincin yang lebih kecil. Hal ini merupakan reflex dari cahaya yang terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis berkontraksi atau memendek maka ukuran pupil meningkat sebagai reflex terdapat cahaya temaram atau gelap.
Otot iris dikontrol oleh system saraf otonom. Serat-serat saraf parasimpatis mempersarafi otot sirkuler,dan serat saraf simpatis mempersarafi otot radial. Melalui peran saraf otonom, keadaan di luar rangsangan cahaya dapat menyebabkan perubahan ukuran pupil.
Mata membiaskan cahaya masuk untuk memfokuskan bayangan di retina
Fotoreseptor pada mata peka hanya terhadap panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer. Cahaya tampak ini hanya sebagian kecil dari spectrum elektromagnetik total. Pada permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan yang melengkung dengan densitas lebih besar, arah refraksi bergantung pada sudut kelengkungan. Suatu lensa dengan permukaan konveks menyebabkan konvergensi, atau penyatuan berka-berkas cahaya yaitu persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik focus. Dengan demikian permukaan refraktif mata bersifat konveks.
Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di bagian anterior.
Korpus siliaris memiliki dua komponen utama, yaitu:
1. Otot siliaris. Otot polos yang melingkar dan melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
2. Jaringan kapiler yang menghasilkan aqueous humor.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa, sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal (akomodasi minimum). Apabila otot siliaris berkontraksi, ligamentum suspensorium melemas maka lensa mata membulat dan menguat sehingga terjadi akomodasi maksimum.

Cahaya melewati beberapa lapisan retina sebelum mencapai fotoreseptor
Bagian dari saraf retina terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1. Lapisan paling luar (terdekat dengan koroid) mengandung sel batang dan sel kerucut, yang ujung peka-cahayanya berhadapan dengan koroid.
2. Sebuah lapisan tengah dengan neuron bipolar
3. Lapisan bagian dalam sel ganglion. Akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optikus.
Fototransduksi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf
Fotoreseptor terdiri tiga bagian, yaitu :
1. Sebuah segmen luar, yang terle tak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid, dan mendeteksi rangsangan cahaya. Terdpat sel-sel yang berbentuk batang dan kerucut yang banyak mengandung molekul-molekul fotopigmen. Fotopigmen pada sel batang dinamakan rodopsin yang tidak dapat membedakan berbagai panjang gelombang spektrum cahaya tampak, sehingga sel batang hanya memberi gambaran bayangan abu-abu. Sel kerucut terdiri dari sel kerucut merah, hijau, dan biru. Berespon secara selektif terhadap berbagai panjang gelombang, sehingga penglihatan warna dapat terjadi.
2. Sebuah segmen dalam , yang terletak di pertengahan panjang fotoreseptor dan mengandung perangkat metabolik sel.
3. Sebuah terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan interior mata, menghadap ke neuron bipolar, dan menyalurkan sinyal yang dihasilkan di fotoreseptor setelah mendapat rangsangan cahaya ke sel-sel berikutnya pada jalur penglihatan
Sifat penglihatan sel batang dan kerucut
Sel batang:
a. 100 juta per retina
b. Penglihatan dalam rona abu-abu
c. Kepekaan tinggi
d. Ketajaman rendah
e. Banyak konvergensi di jalur retina
f. Lebih banyak di perifer
Sel kerucut :
a. 3 juta per retina
b. Penglihatan warna
c. Kepekaan rendah
d. Ketajaman tinggi
e. Sedikit konvergensi di jalur retina
f. Terkonsentrasi di fovea
Jalur penglihatan
Lapangan pandang kanan = penglihatan warna
Lapangan pandang kiri = penglihatan tidak berwarna
Belahan kiri korteks penglihatan di lobus oksipitalis menerima informasi dari belahan kanan lapangan pandang kedua mata (warna). Belahan kanan korteks pelinghatan di lobus oksipitalis menerima informasi dari belahan kiri lapangan pandang kedua mata (warna hitam)
Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata
Kelopak mata berfungsi sebagai daun penutup untuk melindungi bagian anterior mata dari gangguan luar. Air mata diproduksi secara terus menerus oleh kelenjar lakrimalis sebagai cairan pembasuh mata. Mata juga dilengkapi dengan bulu mata untuk menangkap benda-benda halus di udara.
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis gangguan penglihatan!
Jawab :
ABLASIO RETINA
Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.
Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi.
Ada 2 tipe ablasio retina :
1. Non rhemathogen retina detachmen :
a. Malignancy hypertensi
b. Choriodal tumor
c. Chorioditis
d. Retinopati
2. Rhemathogen retina detachmen :
a. Trauma
b. Degenerasi
c. Kelainan vitreus
Etiologi :
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.
Faktor predisposisi :
Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang memperlihatkan degenerasi diperifer.
Manifestasi klinis :
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.

GLAUKOMA
Pengertian
Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
Patofisiologi
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran Aqueus humor dimana secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor yang merupakan cairan jernih berbahan gelatinosa jernih yang terletak diantara ruang antara lensa dan retina yang mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekanan intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.
Lebih jelasnya dapat dilihat di skema dibawah ini :
Produksi homur aqueus
Corpus Ciliaris

Bilik Mata Belakang

Pupil

Bilik Mata Depan

Sudut BMD

Trab. Schlem

Sistem Vena Sklera

Kornea

Aqueous Iris
Canal Of Schlemm Trabeculameshwork
Sclera Lensa

Ciliary body



Surgical drainage
opening Kornea

Aqueous Iris
Canal Of Schlemm Trabeculameshwork
Sclera Lensa
konjungtiva
Ciliary body
Gambar 1. Proses pengaliran aquaeos yang sebenarnya, aqueos mengalir melalui pupil masuk keruang anterior dan meninggalkan mata melalui saluran schelemm, B. Pada glaukoma, aliran aqueous yang normal tertahan, Tujuan pembedahan pada glaukoma adalah membuat saluran baru yang memungkinkan aqueous dapat mengalir keluar mata (dari Havener, WH : Sypnosis of Orphalmogy, ed. 5, St Louis 1979, The VC mosby Co) Long (1996)
Glaukoma dibedakan menjadi:
1. Glaukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
Adalah sebagian besar glaukoma (90% - 95%), yang meliputi kedua belah mata, disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka kejaringan trabekuler. Sudut bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya perubahan degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya hambatan aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan biasanya diketahui dengan adanya peningkatan IOP dan sudut ruang anterior normal seperti: mata terasa berat, pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang , membesarnya titik buta.
2. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau terjadinya penyempitan sudut antara iris dan kornea, serangan intermiten, tekanan normal bila sudut terbuka, kedaruratan mata akut.
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong kedepan, menempel kejaringan trabekuler dan menghambat humor aquaeos mengalir kesaluran schelemm. Dimana terjadinya penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, mengakibatkan terjadi penekanan kornea dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata depan menjadi dangkal. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah: nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo disekitar cahaya, headache, mual, muntah, bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea. Bila terjadi penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil dan jika tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhdap kelainan mata systemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
4. Glaukoma sekunder
Adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah, trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup tergantung pada penyebabnya.
KATARAK
1. Pengertian
Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)
2. Etiologi
 Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis.
 Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif.
 Penyakit mata seperti Uveitis
 Penyakit sistemik seperti DM.
 Defek congenital.
3. Fisiologi Lensa Mata
Fungsi lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan refraksi lensa berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat difokuskan pada retina. Perubahan kekuatan retraksi disebut akomodasi.
2 (dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
a. Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih cembung)
b. Kekuatan dari muskulus siliaris.
Bila muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter antara posterior lensa menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang. Sebaliknya bila muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn berkurang, sehingga bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan refraksi bertambah.

4. Patofisiologi

Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran sesemi permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak.
Terjadinya penumpukan cairan / degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguanpenglihatan

5. Pembagian katarak
1) Katarak Congenital
Pada umumnya bilateral. Banyak disebabkan oleh virus rubella pada trimester I kehamilan bila pada pemeriksaan positif rubella, maka operasi sebaiknya ditunda sampai umur 2 tahun karena virus masih aktif di dalam lensa. Kalau di operasi akan terjadi endoftalmitis dan mata akan menjadi rusak. Bila kekeruhan bilateral segera lakukan operasi satu mata dulu kurang dari 6 bulan untuk membentuk visus normal. Sedangkan mata satunya dapat dioperasi setelah umur 2 tahun.
2) Katarak Jevenil
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
3) Katarak Senil
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a. Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks nterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test) akan negatif.
b. Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi tidak atau belum mengenal seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c. Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik Lama).
d. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
• Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis disebut SHRUNKEN KATARAK.
• Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut MORGANIAN KATARAK. Operasi pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.
Katarak senile :
o Paling sering dijumpai
o Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur 40 tahun
o Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda. Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
o Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu beberapa tahun.
o Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
RETINOBLASTOMA
A. Pengertian
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut atau batang) atau sel glia yang bersifat ganas (Ilyas S. dkk, 1981)
B. Insiden
1. Kelainan ini umumnya bersifat kongenital walaupun dapat pula dijumpai pada usia yang lebih lanjut (40 tahun)
2. Diturunkan secara dominan autosom (bila menegani kedua mata), dan bersifat mutasi somatik (bila mengenai satu mata)
3. Ditemukan 1 diantara 30.000 kelahiran
4. Perbandingan laki-laki dan perempuan insidennya sama
5. Tidak terdapat predileksi ras.
C. Patofisiologi
Secara histopatologik retinoblastoma terdiri atas sel-sel kecil berbentuk bulat dengan nukleus besar yang hiperkromatik dan sitoplasma yang sedikit. Gambaran mitosis mungkin lebih banyak ataupun sedikit. Kadang-kadang ditemukan daerah nekrosis dan deposit kalsium. Gambaran khas mata retinoblastoma adalah adanya rosette yaitu gambaran yang terdiri atas susunan sel kuboid yang mengelilingi suatulumen dan nukleus yang terletak di daerah basal (Ilyas S. dkk, 1981)






Diagram patofisiologi retinoblastoma.
Neuroretina




Mitosis pada daerah nekrosis dan deposit kalsium






Retinoblastoma
(Sel kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus yang terletak didaerah basal)

Dampak psikologis :
1. Ansietas
2. Rendah diri
3. Risiko inefektif penatalaksanaan regimen terapi
4. Hospitalisasi Dampak fisik
1. Perubahan persepsi sensori (melihat)
2. Resiko cedera
3. Perubahan gambaran tubuh
4. Nyeri pada mata

Preoperasi ::
1. Ansietas
2. Takut Postoperasi :
1. Perubahan persepsi sensori (melihat
2. Resiko cedera
3. Perubahan gambaran tubuh
4. Nyeri pada mata
5. Perubahan interaksi sosial
6. Berduka



Penatalaksanaan :
1. Penyinaran supervoltage (membunnuh sisa-sisa tumor)
2. Penyinaran yang dikombinasikan dengan kemoterapi
3. Koagulasi ringan
4. Kemoterapi (metastase ke jaringan tubuh lainnya)
5. Pembedahan (enukleasi ialah bedah pengangkatan bola mata). Setalh bola mata dikeluarkan, otot mata dijahit pada bola plastik yang dimasukkan dalam rongga mata, dan alat penyesuai sementara dimasukkan untuk mempertahankan bentuk alami rongga mata. Antara 2 dan 6 minggu setelah operasi, prostesisi mata daapt dibuat untuk klien untuk dipasang. Eksentrasi orbita ( eksistensi ke jaringan orbita) dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periost).

7. Gambaran klinis (Ilyas S. dkk, 1981)
a. Gejala subyektif
Biasanya sukar ditemukan karena anak tidak mengeluh. Kelainan ini dapat disurigai bila ditemukan adanya leukokoria (Refleks putih pada pupil dan dapat disebabkan karena kelainan pada retina, badan kaca, dan lensa), strabismus, glaukoma (suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh peninggian tekanan intraokluler, pengguangan dan degenerasi papil saraf optik serta defek lapang pandangan yang khas), mata sering merah atau penglihatan yang menurun pada anak-anak
b. Gejala obyektif
1. Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca
2. Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada retinoblastoma tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke dalam badan kaca seperti pada tipe eksofitik.
3. Masa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau kedua mata.
4. Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
5. Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau teleangiektasi.
6. Pada pemeriksaan funduskopi pada lesi ini tidak ditemukan tanda peradangan seperti edema retina, kekeruhan badan kaca dan lain-lain.

3. Apa yang dimaksud dengan counting finger?
Jawab :
Counting Finger merupakan Teknik pemeriksaan visus dengan menunjukkan jari jari didepan mata pasien, mata sebelah ditutup, pasien ditanyakan jumlah jari yang terlihat.
Cara pemeriksaan
• Mula - mula, pemeriksa berdiri sejarak 1 meter dari orang yang diuji dan diminta menyebutkan jumlah jari tangan yang ditunjukkan oleh pemeriksa.
• Secara berangsur - angsur, pemeriksa mundur sejauh 1 meter hingga orang yang diuji tidak mampu melihat dengan jelas jari - jari tangan pemeriksa.
• Tentu saja setiap mundur 1 meter pemeriksa harus mengubah jumlah jari yang ditunjukkannya.
• Jarak terjauh di mana orang yang diuji masih bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar, itulah nilai ketajaman penglihatannya. Penglihatan orang normal akan masih mampu melihat jari tangan dengan jelas pada jarak 60 meter.
• Jika orang yang diuji hanya mampu menghitung jari tangan dengan benar pada jarak 4 meter, maka tajam penglihatannya dinotasikan 4/60, atau ada juga yang menotasikan CF 4 (CF= Count Fingers).
4. Jelaskan pemeriksaan yang dilakukan pada klien dengan gangguan penglihatan!
Jawab :
a. Tes fisiologis mata
 Tajam pengelihatan,menilai kekuatan resolusi mata
• Dewasa dengan menggunakan kartu snellen yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil.tajam pengelihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris dari huruf terkecil yang di lihat.jika jarak baca ini adalah garis 6 meter,maka tajam pengelihatan adalah 6/6; jika jarak baca ini adalah garis 60 meter maka tajam pengelihatan adalah 6/60.
• Anak digunakan berbagai metode untuk menilai tajam pengelihatan misalnya dengan menggunakan kartu Cardiff dapat digunakan untuk menilai pengelihatan anak usia 1-3 tahun metode ini merupakan tes pengelihatan pilihan berdasarkan fakta bahwa anak lebih suka melihat target yang kompleks dibandingkan target sederhana.
 Lapang pandang
Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual.tiapa lapang pandang dapat direpresentasikan sebagai suatu seri kontur atau isopter,mendemonstrasikan kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu,lapang pandang tidak rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang lebih kecil dibandingkan perifer.hal ini menghasilkan bukti pengelihatan di mana objek yang di lihat dengan detil terbaik berada pada puncak bukit(di fovea) di sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta.ini berhubungan dengan papil saraf optic dimana tidak terdapat fotoreseptor.
 Tes konfrontasi
Tes konfrontasi dapat dilakukan sebagai berikut :
 Mintalah pasien untuk menutup satu matanya.duduklah didepan pasien dan angkat kedua tangan anda di depan mata yang tidak ditutup dengan telapak tangan menghadap pasien,satu tangan pada masing-masing sisi,tanyakan apakah kedua telapak tangan terlihat sama,ulangi tes dengan mata yang satunya.tes ini berguna untuk mendeteksi hemianopia bitemporal
 Mintalah pasien untuk menghitung jumlah jari yang diperelihatkan pada tiap kuadran lapang pandang.
 Perimeter,mesin ini memungkinkan pemetaan lapang pandang yang lebuh akurat. Mesin ini mengukur :
 Lapang pandang kinetic,dimana pasien menunjukkan saat dia pertama kali melihat cahaya dengan ukuran dengan tingkat kecerahan tertentu yang di gerakkan dari perifer.
 Lapang pandang static dimana pasien menunjukkan saat ia pertama kali melihat cahaya stationer pada tingkat kecerahan yang bertambah.
 Tekanan intraokular diukur dengan tonometer goldmann
Satu silinder plastik jernih ditekankan pada kornea yang sudah dianastesi.cincin pendataran,dilihat melalui silinder,dibuat terlihat dengan adannya flouresin pada film air mata.prisma yang diletakkan secara horizontal dalam silinder,memisahkan cincin kontak menjadi dua setengah lingkaran. Tekanan yang diberikan kesilinder dapat divariasikan untuk mengubah tingkat pendataran kornea dan kemudian ukuran cincin. Tekanan disesuaikan sehingga kedua setengah lingkaran saling bertautan ini merupakan titik akhir dari tes, dan tekanan yang diberikan dikonfersi kedalam satuan tekanan ocular (mmHg) yang dapat dilihat di tonometer.
 Reaksi pupil : (miosis,konstriksi;midriasis,dilatasi) dan responnya terhadap cahaya dan akomodasi memberikan informasi penting mengenai :
 Fungsi jalur aferen yang mengontrol pupil (saraf dan traktus optic)
 Fungsi jalur eferen
Pemeriksaan pupil dimulai dengan penilaian ukuran pupil dengan cahaya uniform.jika terdapat asimetri (anisokoria) harus ditentukan apakah pupil yang kecil atau yang lebar yang merupakan pupil abnormal.
 Pergerakan mata
Pergerakan mata dinilai ketika duduk menghadap pasien,perhatikan hal-hal berikut : yaitu posisi mata,kisaran pergerakan mata,jenis pergerakan mata.
 Kelopak mata : kelopak mata jatuh (ptosis)
 Kelainan anatomis (kegagalan tendon levator untuk berinsersi dengan benar dikelopak)
 Masalah organic (kelemahan otot levator pada miastenia grafis atau gangguan persarafan pada palsi saraf ke-3
b. Pemeriksaan anatomis mata
 Kelopak mata dan segmen anterior
Biasannya menggunakan biomikroskop (slit lamp) untuk memeriksa mata dan kelopak mata.alat ini memungkinkan pemeriksa mendapatkan pandangan stereoskopik yang diperbesar.celah cahaya memungkinkan potongan melintang media transparan mata dapat dilihat dengan menyesuaikan sudut antara sinar ini dengan mikroskop,cahaya dapat digunakan untuk memperjelas struktur dan proses patologis dalam mata.tiap struktur diperiksa dengan teliti,dari kelopak mata kemudian terus kearah dalam.
 Penggunaan flouresin diagnostik
Flouresin memiliki sifat menyerap cahaya pada panjang gelombang biru dan memancarkan flouresensi hijau.aplikasi fluoresein pada mata dapat mengidentifikasi abrasi kornea dan kebocoran aqueos humor dari mata.
 Eversi kelopak mata atas
Bagian bawah kelopak mata atas diperiksa dengan membalikkannya menggunakan objek kecil berujung tumpul (cotton bud) yang diletakkan diatas lipatan kelopak mata.
 Retina
 Oftalmoskopi direk (konvesional),memberikan suatu bayangan reflex fundus dan pandangan yang diperbesar dari papil saraf optic,macula,pembuluh darah retina,dan retina hingga ekuator.
 Oftalmoskopi indirek,yang mampu melihat retina sampai kearea sangat perifer.optalmoskopi indirek terdiri atas sumber cahaya,yang ukuran dan warnanya dapat di ubah dan sisteem lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeriksa dan pasien dikoreksi.
c. Teknik pemeriksaan khusus
 Lensa diagnostik : lensa gonioskopi yang merupakan lensa kontak dengan cermin integral yang memungkinkan visualisasi sudut iridokornea,keduannya digunakan pada kornea yang telah di anastesi dengan media pelumas.lensa-lensa ini dapat digunakan untuk mendapatkan pandangan stereoskopik retina.
 Retinoskopi yaitu teknik memungkinkan keadaan refraktif mata (yaitu kekuatan mata yang dibutuhkan oleh lensa kacamata korektif) bisa di ukur.
d. Teknik pemeriksaan penunjang
 Ultrasonografi digunakan untuk :
• Menyediakan informasi tentang vitreous,retina,dan lapisan posterior mata
• Mengukur panjang bola mata sebelum pembedahan katarak
 Keratometri digunakan untuk mengatur bentuk kornea hal ini penting dalam penilaian lensa kontak,pembedahan refraktif,dan perhitungan kekuatan implant lensa artificial pada pembedahan katarak.

 Sinoptofor
Mesin ini memungkinkan penilaian pengelihatan tunggal binocular dan juga untuk memeriksa kisaran mata bergerak saling menjauh (divergen) atau saling mendekat (konvergen) saat mempertahankan gambaran tunggal.
 Eksoftalmometer untuk mengukur protrusi okular (proptosis)
 Tes elektrofisiologi
Aktivitas listrik retina dan korteks visual sebagai respons terhadap stimulus visual spesifik contoh cahaya berkilat,dapat digunakan untuk menilai fungsi retina (elektroretinogram) EPR (elektrookulogram) dan jalur visual (respons atau potensial yang dibangkitkan secara visual,visually evoked response or potential)
 Teknik pencintraan radiologi
CT scan dan MRI
 Angiografi flouresin
untuk menghasilkan informasi mengenai sirkulasi retina
 Teknik pencintraan digital dan pemindaian (SCAN) laser
Teknik ini akan membantu penilaian pasien dengan penyakit kronis seperti glaucoma dan diabetes dimana tatalaksana membutuhkan penilaian perubahan pada lempeng maupun retina yang akurat.

5. Jelaskan factor resiko pada gangguan penglihatan!
Jawab :
a. Usia
Kornea, lensa, iris, aquous humor dan vitrous humor akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia karena bagian utama yang mengalami perubahan / penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Kemampuan akomodasi semakin menurun seiringan dengan bertambahnya umur. Dengan pertambahan umur maka akan terbentuk serabut-serabut lamel secara terus menerus sehingga lensa bertambah besar dan berkurang elastisitasnya.
Hal ini menyebabkan sifat kecembungan lensa semakin menurun pula. Penurunan kecembungan lensa menyebabkan berkurangnya ketegangan pada zonula zin yang diakibatkan oleh kontraksi otot siliar yang terdapat dibadan siliar semakin lemah. Kontraksi otot siliar yang semakin lemah berarti kemampuan akomodasi juga semakin menurun. (Borish Irvin, 1970 dalam Martuti, 1989)
b. Metabolik
Sistem metabolisme tubuh yang terganggu misalnya karena diabetes dapat menyebabkan perubahan pada lensa dalam mekanisme aldosere duktase dalam jangka panjang akan menyebabkan kekeruhan pada lensa dan menurunkan kemampuan akomodasi mata.
c. Penyakit
Jenis-jenis penyakit mata yang dapat menyebabkan menurunnya kemampuan akomodasi antara lain katarak dan glaukoma. Penyakit bukan dari jenis penyakit mata yang dapat menurunkan kemampuan akomodasi adalah hipertensi. Mata yang mengandung penyakit-penyakit tersebut bila dipakai tidak terlalu lama tidak akan mempengaruhi kemampuan akomodasi mata. Bila mata yang mengandung penyakit tersebut dipakai terlalu lama untuk melihat dekat maka kemampuan akomodasi menjadi lemah. Akibatnya, melihat jadi berkurang sampai akhirnya kabur. Angka kejadian katarak di Indonesia menurut DEPKES (1985) pada umur 60 tahun keatas 67,3% sedangan pada usia 20-24 tahun hanya 0,2%. Prosesntase glaukoma pada usia 20-24 tahun hanya 0,13%. sebagian orang dengan AIDS tahap lanjut mengembangkan penyakit mata yang parah. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan jika tidak segera diobati.
d. Gaya Hidup
Hasil riset radiasi monitor terutama komputer juga memberikan gambaran bahwa: Radiasi monitor komputer secara diagonal terjadi bocoran radiasi yang jauh lebih besar jika kita berhadapan secara langsung. ( misalnya : kalau kita berhadapan langsung, besarnya radiasi x ; maka dengan monitor yang sama kalau kita di posisi diagonalnya, besarnya radiasi x+y). Tentang Brightness dan Contrast pada monitor, pekerjaan yang berkaitan dengan keakuratan warna (misalnya grafik design), tentunya sangat tergantung pada brightness dan contrast monitor; dari hasil riset makin tinggi set brightness dan contrast, maka makin tinggi radiasinya. Setiap mata orang memiliki daya tahan yang berbeda; pedih, keluar air mata, iritasi, dan lain-lain, yang merupakan akibat dari hal tersebut diatas.
Apabila hal ini terus menerus dialami dalam jangka waktu yang cukup lama, maka salah satu akibatnya adalah: menderita Asthenopia (pupil mata jadi lambat bereaksi terhadap cahaya, karena intensitas cahaya (radiasi komputer, brightness contrast, cahaya matahari, dan lain-lain yang berlebihan). Dari beberapa gambaran diatas memang sangat mengerikan, tapi memang begitulah kenyataannya. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh terutama mata. Karena demi pekerjaan/mencari nafkah; dengan memanfaatkan komputer, hal ini menjadi semacam dilema

6. Jelaskan komplikasi pada gangguan penglihatan!
Jawab :
A. Konjungstivitis
1. Komplikasi pada konjungstivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
2. Komplikasi pada konjungstivitis purulenta adalah seringnya berupa ulkus kornea
3. Komplikasi pada konjungstivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea dapat mengganggu penglihatan orang menjadi buta
4. Komplikasi konjungstivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu pengelihatan.
5. Infeksi bakteritertentu(gonore,beberapa jenis konjungtivitis klamidia) dan infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak terobati
6. Benda asing di mata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut
7. Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat,yaitu penyakit kawasaki.penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang mempengaruhi banyak organ tubuh, termasuk jantung, otak, sendi, hati dan mata. Penyakit ini dimulai secara akut dengan demam tinggi,yang diikuti secara singkatdengan konjungtivitis bilateral yang signifikan karena tidak adanya rabas dan prosesnya yang lama. Ruam dan pembengkakan tanagan dan kaki menyertai gejala awal ini. Diagnosis dini penting untuk mencegah kerusakan pada arteri koroner. Terapi untuk penyakit kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan globulin gama.
B. Komplikasi keratitis
1. Hipopion
2. Perforasi kornea
C. Komplikasi uveitis
1. Katarak
2. Retinitis proliferans
3. Ablasi retina
4. Glaukoma sekunder, yang dapat terjadi pada stadium dini dan juga pada stadium lanjut
(dr. Nana Wijana, 1993)
D. Komplikasi Glaucoma
1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaucoma. Glaucoma penutupan sudut akut adalah suatu kedaruratan medis
2. Agen-agen topical yang digunakan untuk mengobati glaucoma dapat memberikan efek sistemik terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapasan dan neurologis.
E. Katarak
1. Gangguan penglihatan dapat terjadi jika tidak diobati

7. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pengobatan pada klien dengan gangguan penglihatan!
Jawab :
CMV adalah penyakit mata yang paling parah disebabkan oleh virus sitomegalia. Cara terbaik untuk mengobati masalah penglihatan yang disebabkan oleh infeksi oportunistik adalah dengan terapi antiretroviral. Jika sistem kekebalan tubuh menjadi pulih, infeksi tersebut sering hilang tanpa pengobatan lain. Namun, kerusakan pada retina akibat CMV adalah permanen dan tidak dapat dipulihkan. Kehilangan penglihatan akibatnya tidak dapat diperbaiki dengan kacamata.
Treatment CMV:
Tujuan pengobatan anti-CMV adalah agar mencegah kerusakan menjadi lebih buruk. Obat misalnya gansiklovir, foskarnet dan sidofovir dapat memperlambat atau mencegah perluasan kerusakan. Obat ini dapat dipakai dengan beberapa cara, termasuk infus intravena, suntikan langsung ke mata, implant (tanam) dalam mata. Jika masalah penglihatan disebabkan oleh infeksi lain, pengobatan yang cocok untuk melawan infeksi dipakai. Misalnya, untuk herpes diberikan obat antiviral, untuk tokso diberikan antibiotik.
Obat antivirus
1. Asikloguanosin (salep 3%) (asiklovir, Zovirax), digunakan lima kali sehari. Obat ini lebih manjur dibandingkan idoksuridin dan arabinosid adenin dan sama efektif seperti trifluorotimidin. Asiklovir berbeda dari agen antivirus lain pada keadaan tersebut bekerja secara khusus pada virus – menginfeksi sel yang menghambat thymidine kinase virus. Karena obat tersebut relatif tidak toksik, bahkan ketika diberikan lebih dari 60 hari, obat ini secara khusus cocok sebagai antivirus menggantikan steroid dalam manajemen keratitis disiformis, yang menuntut pengobatan jangka panjang dibanding ulkus dendritik. Asiklovir mampu menembus stroma dan epitel kornea yang intak, mencapai level terapi pada humor akueus, tidak seperti agen antivirus lain sekarang ini. Obat ini mungkin juga memainkan peranan penting pada pengobatan keratitis herpetik.(6,7)
2. Trifluorotimidin (obat tetes 1%) digunakan setiap 2 jam sepanjang hari. Seperti asiklovir, obat ini menyembuhkan 95% ulkus dendritik dalam 2 minggu. Obat ini tidak menunjukkan resistensi-silang dengan obat-obatan lain dan memiliki sedikit kecenderungan untuk menghasilkan strain resisten. Namun bagaimanapun, obat ini lebih toksik untuk epitel kornea dan konjungtiva dibandingkan asiklovir.(6,7)
3. Arabinosid adenin (salep 3%, obat tetes 0,1%) digunakan terutama pada kejadian resistensi pada asiklovir dan trifluorotimidin yang jarang.(6,7)
4. Idoksuridin (salep 0,5%, obat tetes 0,1%) sekarang sudah jarang digunakan karena munculnya strain resisten dan toksisitas.(6,7)
5. Bromovinildeoksiuridin (salep 1%, obat tetes 0,1%) adalah obat baru, antivirus yang menjanjikan dan semanjur trifluorotimidin.(6)

Uveitis adalah radang pada lapisan dalam mata menyebabkan kemerahan dan rasa sakit pada mata serta penglihatan kabur. Ini dapat disebabkan oleh toksoplasmosis atau rifabutin (obat anti-MAC), terutama jika kita pakai obat lain yang meningkatkan tingkat rifabutin yaitu obat yang digunakan untuk profilaksis dan terapi dari infeksi M. avium complex (MAC) pada pasien dengan sistem-imun menurun,dalam aliran darah serta dapat menimbulkan artritis dan artralgia. Uveitis diobati dengan berhenti pemakaian rifabutin, atau mengurangi dosisnya. Gejala dapat dikurangi dengan pengobatan antiradang seperti penggunaan obat kortikosteroid.
Treatment uveitis:
1. anterior akut
 pupil harus didilatasi dengan midriatikum untuk mencegah terjadinya sinekia
 inflamasi dapat diatasi dengan kortikosteroid dalam bentuk obat tetes, salep, atau suntikan subkonjungtiva.
2. anterior kronik
 midriatikum dan steroid
 glukoma sekunder diobati dengan acetozalomide
 pembedahan mungkin perlu bila daerah pupil yang meletak pada lensa cukup luas.
3. keroiditis
 obat inflamasi dengan kortikosteroid
 bila macula terkena merupakan keadaan gawat yang perlu diberikan kortikosteroid sistemik dosis tinggi
 antibiotic harus diberikan bila terdapat infeksi bakteri.
 Bila terdapat kecurigaan toksoplasmosis berikan pyrimethamine

Glukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progesif pada syaraf optikus yang membawa impuls ke retina menuju otak dan kehilangan lapang pandangan meskipun tekanan bola mata normal
Treatment glukoma:
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan dengan menggunakan berupa tanometer. Penangananya berupa :
 Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan, sebagian klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa juga tidak ada respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.
 Bedah laser : (trabukulopasty) ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan.
 Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan cairan keluar, tindakan ini dapat menyelamatkan sisa penglihtan yang ada.


Obat yang diperlukan:
a. Pilocarpine atau timololmalat Yaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan produk cairan yang yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung menurun. Betaxolol ( betotik) direkomendasi bagi klien yang menderita asma atau eapisima, pilocarpine menyebabkan miosis (kontriksi ) pupil tetapi mempu menormalkan tekanan boal mata, obat lain seperti : Brimohidrine, untuk menurinkan aquous humor.
b. Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox ) yaitu untuk mengurangi cairan., obat ini menyebabkan depresi, fatique latorgy.

Katarak adalah tertutupnya lensa mata sehingga pencahayaan da fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun.
Treatment katarak:
Penanganan yang dapat dilakukan adalah pembedahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.
ARMD (Age Related Macular Degeneration ) terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatan penglihatan.
Treatment ARMD:
Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok laser (apabila kondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
Anti-oksidan Pelindung Mata:
Lutein adalah salah satu jenis karotenoid yang merupakan senyawa berbentuk kristal padat dan berwarna kuning yang banyak terdapatpada sayuran berwarna hijau. Lutein dan zeaxanthin terbanyak menyumbang keragaman kerapatan pigmen macular. Hal tersebut menunjukkan bahwa lutein dan zeaxanthin merupakan determinan utama kerapatan pigmen optik macular. bahwa lutein mencegah kerusakan retina akibat cahaya biru dengan cara menyerap cahaya tersebut dan mencegah foto-oksidasi.
Suplemen lutein dapat membantu mencegah perkembangan AMD pada pasien yang menderita AMD, membuktikan bahwa AMD adalah penyakit yang responsif terhadap makanan. Johanna Seddon dari Universitas Harvard, melalui studi pengaruh konsumsi karotenoid spesifik terhadap prevalensi AMD, mengungkapkan bahwa asupan 6 mg lutein per hari berkorelasi kuat dengan prevalensi AMD yang rendah. Seddon menyatakan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung lutein yang tinggi dapat menurunkan risiko AMD serta dapat mencegah terjadinya katarak.
Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi serius diabetes, berupa kerusakan pembuluh darah kapiler pada jaringan yang berfungsi sebagai sensor cahaya (retina).
Treatment retinopati:
Hal pertama dan penting untuk pengobatan adalah mengontrol kadar gula darah sehingga tetap berada dalam rentang nilai normal. Dengan demikian, keparahan penyakit dapat dihindari.
Pada retinopati yang mengalami perdarahan dapat dilakukan focal laser treatment untuk menghentikannya. Selain itu, terapi laser lain seperti scatter laser treatment dapat membantu mengecilkan pembuluh darah yang baru terbentuk. Jika perdarahan banyak, dapat dilakukan operasi untuk membuang darah tersebut. Tindakan ini disebut vitrektomi.
Papilloedema adalah suatu pembengkakan yang bersifat non-inflamasi dari pada diskus optikus, dimana biasanya merupakan akibat dari kelainan yang letaknya di dalam tengkorak (cranium), orbita dan badan pada umumnya.
Treatment papilloedema:
Pengobatan selalu ditujukan pada penyebabnya yaitu dengan menurunkan tekanan intra kranial oleh seorang dokter saraf atau bedah otak. Bilamana hypertensi yang menjadi faktor penyebab, maka tekanan darah harus diturunkan dengan obat-obatan oleh seorang ahli penyakit dalam. Setelah penyebab papillocdema tclah dihilangkan, maka papilloedema akan mereda dengan batas papil mulai jelas kcmbali bahkan kadang-kadang tanpa meninggalkan bekas.
Papilitis (Neuritis Optikus) adalah peradangan pada ujung saraf optik yang masuk ke dalam mata. Palpitis bisa terjadi akibat berbagai keadaan, meskipun penyebabnya yang pasti tidak dapat ditentukan. Pada penderita yang berusia diatas 60 tahun, penyebabnya adalah arteritis temporalis.
Treatment papiliitis:
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Kortikosteroid sering diberikan sebagai pengobatan awal.
Neuritis Retrobulber adalah peradangan pada bagian dari saraf optikus yang terletak tepat di belakang mata.
Treatment neuritis retrobulber:
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya dan biasanya diberikan kortikosteroid.
Ulkus dendritik merupakan lesi paling khas pada keratitis herpes simpleks. Ulkus ini terjadi pada epitel kornea, memiliki pola percabangan linear khas dengan tepian kabur, memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya.
Treatment ulkus dendritik:
Debridemen merupakan cara efektif untuk mengobati ulkus dendritik, khususnya ketika dikombinasikan dengan antivirus, namun tidak tepat untuk ulkus geografik. Sejak kemunculan agen antivirus, bentuk terapi ini umumnya telah dibolehkan kembali untuk kasus resistensi, tidak cocok dan kasus alergi terhadap agen antivirus dan tidak tersedianya obat antivirus. Pengangkatan virus termasuk melindungi sel sehat yang berdekatan dari infeksi dan mengeliminasi stimulus antigen pada peradangan stroma. Permukaan kornea dihapus dengan kapas steril 2 mm melewati batas ulkus karena patologi meluas melewati dendrit. Agen antivirus harus diberikan setelah debridemen. Ada kemungkinan 1 dari 4 kasus serangan kedua herpes dalam 6 tahun setelah episode awal. Jika serangan kedua muncul, resiko rekurensi berikutnya dalam 2 tahun meningkat sekitar 50%.

Gangguan Refraksi
Miopi adalah penglihatan jauh terganggu (tidak jelas).
Treatment miopi:
Miopi dapat dibantu dengan menggunakan lensa cekung baik dalam bentuk kacamata maupun lensa kontak.
Hipermetropi adalah penglihatan dekat terganggu (tidak jelas).
Treatment hipermetropi:
Hipermetropi dapat dibantu dengan lensa cembung. Sedangkan bagi orang tua memerlukan koreksi presbiopi tambahan untuk pekerjaan jarak dekat.
Nonfarmakologi
- Terapi kompres hangat 10-15 menit selama 3 atau 4 kali sehari
- Pemijatan dan pengeluaran sekresi
- Memplester kelopak mata atau membalut dengan ringan yang telah diberikan pelumas atau salep
- Pembedahan : bedah laser, trabelculektomi
- Transplantasi
- Menggunakan lensa : cembung, cekung, ganda

8. Buatlah askep salah satu gangguan penglihatan!
Jawab :
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GLAUKOMA
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000). Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
• Perubahan lensa
• Kelainan uvea
• Trauma
• bedah
3. Glaukoma kongenital
a. Primer atau infantil
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala .
2. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3. Tajam penglihatan sangat menurun.
4. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10. Tekanan bola mata sangat tinggi.
11. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.




2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.Tanda:Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.
d. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

2). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
3). Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual da muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
• pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
• pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
• ekspresi wajah rileks
Intervensi :
• kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
• kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
• anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
• atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
• Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
• Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
• Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
• Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
• Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
• Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
• Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
• Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
• Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
• Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
• Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
• Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
• Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
• Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
• Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
• Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
• Identifikasi sumber/orang yang menolong.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
• pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
• Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
• Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
• Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
• Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
• Izinkan pasien mengulang tindakan.
• Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
• Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.
• Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
• Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
• Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
• Tekankan pemeriksaan rutin.
• Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Katarak
A. Pengertian
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasl.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
3. Katarak komplikata.
4. Katarak traumatik.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
• katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
• katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
• katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
• katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
B. Penyebab
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
2. Primer, berdasarkan gangguan perkernbangan dan metabalisme dasar lensa
3. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa,
4. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.
C. Patogenesa
Pasien dengan katarak dini akan menimbulkan keluhan penglihatan seperti meiihat di belakang tabir kabut atau asap, akibat terganggu oleh lensa yang keruh. Keluhan penderita akan bertambah bila pasien melihat benda dengan melawan arah sumber cahaya atau menghadap ke arah pintu yang terang. Hal ini diakibatkan pupil menjadi kecil yang akan menambah gangguan penglihatan. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa silau, hal ini diakibatkan karena terjadi¬nya pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh. Pasien katarak akan merasa kurang silau bila memakai kacamata berwarna sedikit gelap.
Penglihatan penderita akan berkurang perlahan-lahan. Mata tidak merah atau tenang tanpa tanda-tanda radang. Reaksi pupil normal karena fungsi retina masih baik. Pada pupil terdapat bercak putih atau apa yang disebut sebagai leukokoria. Bila proses berjalan progresif, maka makin nyata terlihat kekeruhan pupil ini. Untuk melihat kelainan lensa yang keruh sebaiknya pupill dilebarkan sehingga dapat didiferensiasi lokalisasi lensa yang terkena karena bentuknya dapat berupa : katarak kortikal anterior, katarak kortikal posterior, katarak nuklear, katarak subkapsular, dan katarak total.
Akibat kekeruhan lensa ini, maka fundus sukar terlihat. Bila pada katarak kongenital fundus sukar dilihat, maka perkembangan penglihatan akan terganggu atau akan terjadi ambliopia.
a. Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi IahIr sampai berusia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca ¬bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi afakia.


b. Katarak juvenil
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena lanjutan katarak kongenital yang makin nyata, penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotowa distrofi,'yang mengenai kedua mata dan akibat trauma tumpul.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
c. Katarak senil
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
Tabel Perbedaan stadium katarak senil
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar Iensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal 8ertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa
Lensa ke luar)
Iris Normal Terdarong Normal Trcmulans
Bilik mata depan depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit -- Glaukoma - ' Uveitis
' Glaukoma


Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.
Katarak senil dapat dibagi dalarn 4 stadium, yaitu :
1. Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga akan terlihat biiik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalarn posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
2. Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini, terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, biiik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
3. Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4. Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris tertihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan tirnbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik.
d. Katarak traumatik
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.

e. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.
f. Katarak sekunder
Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi reaksi radang yang berakhir dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah yang dapat menimbulkan katarak sekunder adalah sisa disisio lentis, ekstraksi linear dan ekstraksi lensa ekstrakpsular. Pada katarak sekunder yang menghambat masuknya sinar ke dalam bola mata atau mengakibatkan turunnya tajam penglihatan maka dilakukan disisio lentis sekunder atau kapsulotomi pada katarak sekunder tersebut.
D. Manajemen medis
1. Pembedahan
Metoda yang paling populer dalam mengeluarkan katarak adalah ECCC (extracapsular cataract extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
2. Koreksi lensa
Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu menggantikannya, yaitu dengan lensa intraokular. Ini yang paling sering. Sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kaca katarakt atau lensa kontak (contact lens).
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

2. Neuro sensori
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Pupil nampak kecoklatan atau putih susu dan peningkatan air mata.
3. Pengetahuan
Pemahaman tentang katarak, kecemasan.
4. Pemeriksaan diagnostic : Optotip Snellen, Oftalmoskopi, Slitlamp biomikroskopi.
B. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang pandangan
2. Resiko tinggi injury berhubungan dengan meningkatnya tekanan intraokuler, kehilangan vitreous humor
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pre dan post operasi, perawatan diri di rumah brhubungan dengan kurang terpapar akan informasi
4. Gangguan sensori : visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau transmisi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan prosedur invasif (ekstraksi katarak).


C. Rencana intervensi
No Diagnosa Keperawatan P e r e n c a n a a n
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pre dan post operasi, perawatan diri di rumah berhubungan dengan kurang terpapar akan informasi
Pengetahuan akan meningkat dengan kriteria mampu menjelaskan katarak dan gejala – gejala dasar, menjelaskan perawatan pre dan post operasi serta perawatan diri di rumah. 1. Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
2. Ajarkan tentang rutin preoperasi

3. Jelaskan kepada pasien aktivitas yang diijinkan pada postoperasi
4. Demonstrasikan teknik bersihkan mata yaitu dari kantus dalam ke luar menggunakan kapas bersih.
5. Anjurkan pasien untuk segera lapor dokter bila ada keluhan - keluhan Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
Kegiatan – kegiatan yang bisa meningkatkan TIO dapat dihindari
Teknik yang baik mengurangi resiko penyebaran bakteri di mata

Memerlukan penanganan yang segera
2. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang pandangan
Kecemasan berkurang dengan kriteria tanda – tanda cemas berkurang, mengungkap perasaan secara verbal dan rileks 1. Berikan pasien suatu kemungkinan untuk mengeksplorasikan perhatian tentang kemungkinan hilang penglihatan
2. Eksplorasikan pemahaman tentang katarak, kejadian pre dan post operasi, koreksi beberapa misunderstanding dan jawab pertanyaan dengan sabar. Meberitahukan bisa membantu mengurangi kecemasan dan mengidentifikasi ketakutan spesifik

Informasi mengurangi ketidakpastian dan membantu pasien meningkatkan kontrol dan merasa kecemasan berkurang
3. Resiko tinggi injury berhubungan dengan meningkatnya tekanan intraokuler, kehilangan vitreous humor
Tidak terjadi injury dengan kriteria hasil pasien mampu menjelaskan faktor – faktor yang meningkatkan injury, menunjukkan perilaku melindungi diri dari injury. 1. Diskusikan masalah pos operasi seperti nyeri, pembatasan aktivitas
2. Pertahankan tempat tidur lebih rendah dan dipasang rail
3. Bantu pasien saat bangun pertama kali setelah pembedahan
4. Anjurkan untuk hindari bersin, batuk, muntah dan tegang
5. Beri anti batuk dan anti muntah sesuai order
6. Anjurkan pasien untuk menggunakan penutup mata dan menggunakan nap selama 6 minggu post operasi
7. Observasi chamber anteriore, pupil atau pembengkakan pada luka

8. Anjurkan pasien untuk tidak menekan mata bila merawat mata Informasi meningkatkan kooperasi

Mempertahankan keamanan pasin

Mempertahankan kealaman pasien

Membantu mencegah meningkatnya tekanan intra okuler
Mengontrol batuk dan muntah

Mencegah kecelakaan pada mata


Melihat tanda – tanda rupturnya luka, prolaps iris karena penenakan pada mata
Tekanan eksternal dapat meningkatkan tekanan intra okuler
4. Gangguan sensori : visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau transmisi.
Gangguan sensori dirasakan minimal dengan kriteria pasien memahami bahwa gangguan persepsi sensori normal akan terjadi 1. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya, bunyi dan pendengarannya.
2. Pendekatan pada sisi yang tidak dioperasi
3. Jelaskan bahwa pandangan tidak akan normal sampai luka sembuh dan bila perlu menggunakan kacamata Memberikan kenyamanan dan familier pada pasien

Bantuan orientasi

Meningkatkan kesadaran akan gangguan sensori yang terjadi
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan prosedur invasif (ekstraksi katarak).
Tidak terjadi infeksi dengan kriteria tidak ada tanda – tanda infeksi seperti menggigil, demam. 1. Observasi tanda dan gejala infeksi
2. Gunakan teknik steril saat merawat mata dan mengganti balutan
3. Atur antibiotik atau steroid tetes sesuai order
4. Hindari untuk tidak menyentuh atau atau menekan mata yang dioperasi Sebagai deteksi dini
Mengurangi kemungkinan adanya kuman patogen
Membantu mencegah infeksi

Mencegah kontaminasi dan kerusakan tempat operasi

Daftar Pustaka
Corwin Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Panduan dianosa keperawatan NANDA
Petunjuk praktikum fisiologi I. Tim pengajar fisiologi. 2005. Stikes Aisyiyah Yogyakarta,
Roach sally. Introduktory gerontological Nursing. 2001. Lippinctt: New York
wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
http://ummuazka.multiply.com/journal/item/98
http: // www.Doktertetanus.WordPress.Com
http: // www.Doktertetanus.pjnkk.go.id /content.view/249/3
http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21





















LAMPIRAN

Gb. 1 Ablasio retina


Gb. 2 Blefaritis


Gb. 3 Section Retina

Gb. 4 Katarak


Gb. 5 Uveitis


Gb. 6 Glaukoma

tutorial gatal

1. Anatomi dan fisiologi kulit
Struktur Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ yang paling besar pada tubuh manusia dan terletak paling luar sehingga mudah terkena atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerapoksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit. Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya masing - masing. Kulit di daerah – daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).
Secara mikroskopis, struktur kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis.


LAPISAN EPIDERMIS
Lapisan epidermis adalah lapisan paling atas yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf, sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.Lapisan epidermis terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Stratum korneum, lapisan tanduk terdiri atas sel gepeng yang mati dan tidak berinti. 20-25 lapis sel tanduk tanpa inti. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapislapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
b. Stratum lusidum, lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin
c. Stratum granulosum, lapisan yang mempunyai fungsi pembentukan protein dan ikatan kimia stratum korneum
d. Stratumspinosum (stratum Malpighi), lapisan yang mengalami proses mitosis
e. Stratum basale, lapisan epidermis paling bawah. Terdiri atas sel berbentuk kubus yang mengalami proses mitosis dan berfungsi reproduktif. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. Dalam stratum basale terdapat melanosit. Di dalam melanosit, disintesis granula-granula pigmen yang disebut melanin. Jumlah melanin dalam keratinosit menentukan warna kulit seseorang. Peningkatan melanosom menjadi melanin menjadikan warna kulit lebih gelap. Paparan sinar matahari yang sering pada kulit wajah menyebabkan produksi melanin makin meningkat dan sel-sel melanocyt yang memproduksi melanin menggandakan diri lebih cepat yang sebenarnya bertujuan melindungi sel kulit dari kerusakan tapi menjadikan warna kulit lebih gelap dan terbentuk flek. Disinilah sangat diperlukan pemakaian sunscreen yang tepat, mempunyai daya kerja bertahan lama dilapisan tanduk/stratum corneum dan mempunyai efek depo yang lama (mampu menahan zat aktif lebih lama dikulit dan dikeluarkan secara perlahan-lahan sesuai kebutuhan saat aktivitas kita yang lama dibawah matahari) serta mampu memantulkan kembali radiasi sinar matahari dengan kandungan SPF yang sesuai (gambar dibawah dengan jelas menunjukkan perbandingan antara kulit yang terlindung dari matahari mis : pemakaian sunscreen yang tepat dengan kulit yang terpapar matahari menyebabkan warna kulit lebih gelap dan terjadi kerusakan sel-sel kulit)

Jumlah produksi melanin secara genetik di turunkan dari orang tua, pada orang albino terdapat gangguan genetik di mana enzim untuk memproduksi melanin tidak di wariskan dari orang tua pada anaknya sehingga keturunannya berwarna putih atau bule. Penyebab lainnya terbentuk flek (bila berukuran kecil) atau melasma (bila berukuran besar) selain dari paparan sinar matahari, adalah pengaruh hormonal, contoh yang paling gampang terlihat pada sebagian besar ibu-ibu hamil di mana saat kehamilan plasenta yang kita kenal dengan tali pusat juga menghasilkan melanocyte-stimulating hormone yaitu hormon yang merangsang pembentukan melanin, menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan terbentuk flek yang melebar di pipi, bila tidak dilakukan perawatan maka melasma ini tidak akan sembuh bahkan bisa semakin melebar. Faktor berikutnya yang menyebabkan timbul flek diwajah adalah : penggunaan obat kontrasepsi, konsumsi obat-obat antibiotik, obat antiepilepsi dan obat antiperadangan dalam waktu yang lama juga dapat memicu aktivitas hormon melanocyt. Bisa juga akibat sering mencuci muka dengan air dingin setelah terkena sengatan matahari dimana saat aktivitas tersebut dilakukan terjadi perubahan suhu dari panas ke dingin secara tiba-tiba membuat kulit ‘kaget’ (ibaratnya sedang panas langsung tersiram air dingin maka sel seperti terbakar dan rusak) Setelah 3-7 hari maka timbullah titik-titik hitam tersebut. Penuaan juga menjadi penyebab munculnya flek bukan hanya pada kulit wajah tapi juga pada kulit seluruh tubuh, karena dengan menua sel kulit kita dan sel-sel tubuh yang lain berkurang kemampuannya dalam membuang atau mengeluarkan sisa hasil metabolisme, padahal setiap hari sel memproduksi sisa hasil metabolisme, akibatnya sisa metabolisme akan menumpuk di dalam kulit dan terlihatlah kehitam-hitaman. Selain itu penuaan juga menyebabkan gangguan hormonal salah satunya keseimbangan hormon melanin, akibatnya saat kulit terpapar matahari, maka melanin sudah tidak mampu lagi mengatur penyebaran pigmen secara merata, sehingga terjadi penumpukan secara brelebihan pada bagian tertentu, terutama di pipi. Produk pemutih umumnya berbahan dasar hidrokuinon dalam kosmetik yang menjanjikan kulit lebih putih, serta menghilangkan flek-flek, bekerja dengan cara menghambat pembentukan melanin tapi yang terjadi kemudian justru sebaliknya adalah hiperpigmentasi bila digunakan dalam jangka waktu yang lama dan saat di bawah matahari langsung mengakibatkan noda hitam dan benjolan kekuningan pada kulit yang disebut Okrosinosis bersifat permanen.
LAPISAN DERMIS
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit.
Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
Lapisan dermis terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Pars papilare. Bagian yang menonjol ke epidermis. lapisan tipis dan terdiri dari jaringan penghubung yang longgar menghubungkan lapisan epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel mast dan sel makrofag yang diperlukan untuk menghancurkan mikroorganisme yang menembus lapisan dermis, tentu saja berfungsi sebagai pelindung. Di lapisan ini juga terdapat sejumlah kecil elastin dan kolagen. Lapisan ini berbentuk gelombang yang terjulur kelapisan epidermis untuk memudahkan kiriman nutrisi kelapisan epidermis yang tidak mempunyai pembuluh darah. Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah yang memberi nutrisi pada epidermis
2. Pars retikulare. Bagian yang menonjol kea rah subkutis. Bagian ini terdiri atas serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan penghubung padat dengan susunan yang tidak merata, disebut lapisan retikular karena banyak terdapat serat elastin dan kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai satu sama lain menyerupai jaring-jaring. Dengan adanya serat elastin dan kolagen akan membuat kulit menjadi kuat, utuh kenyal dan meregang dengan baik.
Komponen dari lapisan ini berisi banyak struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit. Terdiri dari :
• Kelenjar sebaceous menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit dikeluarkan melalui folikel rambut yang mengandung banyak lipid, pada orang yang jenis kulit berminyak maka sel kelenjar sebaseanya lebih aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan kulitnya tertutup oleh kotoran,debu atau kosmetik menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan. Kelenjar sebasea ini juga dapat berfungsi untuk proses difusi (pemindahan) kandungan bahan dalam suatu produk kelapisan lebih dalam (pada gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna kuning dan disebelah kanannya terdapat kelenjar keringat)

• Eccrine sweat glands atau kelenjar keringat mengatur penguapan untuk mendinginkan tubuh saat suhu lingkungan meningkat yang kita kenal dengan keringat dan membuang sisa metolisme tubuh sebagian besar terdiri dari garam dan urea, bahkan bila kita mengalami gangguan pencernaan seperti obstipasi & konstipasi yang menyebabkan pengeluaran feces atau BAB terganggu maka tubuh akan berupaya membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui kelenjar keringat yang ada di permukaan kulit, akibatnya kulit wajah kita tidak tampak segar justru cenderung kusam. Berdasarkan kondisi inilah juga mengapa sesekali kita perlu membersihkan saluran pencernaan atau istilah yang sedang in sekarang “cuci perut” cara yang paling simpel adalah dengan rajin mengkonsumsi pepaya setiap malam hari, karena bahan dalam kandungan pepaya dapat mengangkat dan membersihkan kotoran-kotoran yang mungkin sudah bertahun-tahun menempel dan menjadi kerak divili-vili usus yang menganggu proses penyerapan makanan, wah…ternyata pencernaan ada hubungan yang kuat ya dengan wajah kita. Kembali lagi ke produksi kelenjar keringat rata-rata 10 liter perhari keringat di produksi oleh tubuh dan dikeluarkan melalui 2-3 juta pori-pori yang ada dipermukaan tubuh.
• Pembuluh darah Dilapisan dermis sangat kaya dengan pembuluh darah yang memberi nutrisi penting untuk kulit, baik vitamin, oksigen maupun zat-zat penting lainnya untuk metabolisme sel kulit, selain itu pembuluh darah juga bertugas mengatur suhu tubuh melalui mekanisme proses pelebaran atau dilatasi pembuluh darah bila kita berada dilingkungan yang hangat, agar tubuh dapat kehilangan panas, bayangkan bila anda berada dilingkungan yang panas bersuhu 35˚C padahal hasil metabolisme tubuh anda sendiri dapat menghasilkan panas sampai dengan 37˚, bila tidak ada mekanisme pengaturan oleh pembuluh darah sudah pasti kita akan terbakar. Sebaliknya bila kita berada dilingkungan dingin maka pembuluh darah akan mengerut atau vasokonstriksi, sehingga panas tubuh tidak keluar atau untuk menahan panas, dan tentu saja membuat kita tetap bertahan dicuaca dingin. Sering sekali pembuluh darah yang ada dilapisan dermis mengalami gangguan atau hambatan hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap suplay nutrisi untuk sel kulit dan pasti akan mempengaruhi regenerasi sel kulit, pemilihan produk perawatan wajah dan kosmetik yang paling baik harus mempunyai kemampuan menembus lapisan kulit sampai kelapisan dermis, karena disinilah banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan menjaga keseimbangan proses regenerasi kulit, bila kosmetik hanya mampu bekerja dilapisan epidermis maka itu tidak banyak memperbaiki keadaan kulit wajah, karena bekerja dilapisan sel kulit mati yang sudah pasti akan terangkat dalam hitungan hari sehingga dengan cepat kulit wajah terlihat kembali kusam, dan jangan lupa sifat kulit terutama lapisan tanduk impermeable artinya selektif dalam memilih senyawa-senyawa tertentu untuk dapat masuk kelapisan lebih dalam, tidak semua produk perawatan wajah memiliki senyawa yang mampu menembus lapisan ini.
• Serat elastin dan kolagen, Semua bagian pada kulit harus diikat menjadi satu, dan pekerjaan ini dilakukan oleh sejenis protein yang ulet yang dinamakan kolagen. Kolagen merupakan komponen jaringan ikat yang utama dan dapat ditemukan pada berbagai jenis jaringan serta bagian tubuh yang harus diikat menjadi satu. Protein ini dihasilkan oleh sel-sel dalam jaringan ikat yang dinamakan fibroblast. Kolagen diproduksi dalam bentuk serabut yang menyusun dirinya dengan berbagai cara untuk memenuhi berbagai fungsi yang spesifik. Pada kulit serabut kolagen tersusun dengan pola rata yang saling menyilang. Kolagen merupakan protein yang paling berlimpah di dalam tubuh dan komponen utama jaringan tubuh serta tulang. Protein yang kaya silicon merupakan mineral yang membentuk molekul-molekul kompleks yang panjang dan cocok bagi bagian-bagian tubuh yang harus kuat tetapi lentur. Kolagen bekerja bersama serabut protein lainnya yang dinamakan elastin yang memberikan elastisitas pada kulit. Kedua tipe serabut ini secara bersama-sama menentukan derajat kelenturan dan tonus pada kulit. Bahan utama pembentuk kolagen adalah sulfur (sumber utama dari makanan produk pangan dari laut) dan vitamin. Apasih perbedaan serat Elastin dan kolagen, serat elastin yang membuat kulit menjadi elastin dan lentur sementara kolagen yang memperkuat jaring-jaring serat tersebut. Serat elastin dan kolagen itu sendiri akan berkurang produksinya karena penuaan sehingga kulit mengalami kehilangan kekencangan dan elastisitas kulit. Ketika kulit menjadi kurang elastis, maka kulit juga menjadi lebih kering, jaringan lemak dibawah kulit mulai berkurang, akibatnya kulit menjadi kendor. Kulit mungkin menjadi gatal ketika kulit bertambah kering. Kecepatan dan saat terjadinya proses ini pada berbeda pada seseorang bila dibandingkan dengan orang lain. Karena elastin dan kolagen berada dilapisan dermis maka produk perawatan wajah yang kita gunakan dipastikan yang mampu masuk kelapisan dermis dan mampu merangsang pembentukan elastin dan kolagen baru atau mampu memperbaiki struktur kolagen, antara lain dengan kandungan vitamin C.
• Folikel Rambut, Merupakan tempat pangkal tumbuhnya rambut
• Syaraf nyeri dan reseptor sentuh, Syaraf-syaraf yamg membuat kita peka dan dapat merasakan nyeri atau sakit bila ada sesuatu yang mencederai kulit juga syaraf-syaraf yang berfungsi memberi rasa sentuhan pada kita sehingga kita dapat merasakan panas, dingin, meraba benda dan lain-lain.
Kelenjar keringat memiliki fungsi mempertahankan suhu tubuh. Kelenjar keringat terdiri dari dua macam, yaitu ;
1. Kelenjar ekrin. Kelenjar keringat yang berukuran kecil. Terdapat pada bagian dangkal dermis dengan secret yang encer. keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar ini langsung bermuara di permukaan kulit. Kebanyakan terdapat pada bagian dahi, tangan, kaki, dan aksila. Sekresi kelenjar ni bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik (misalnya : faktor suhu, metabolisme, stress emosional)
2. Kelenjar apokrin. Kelenjar yang berukuran lebih besar dari kelenjar ekrin. Terletak lebih dalam dan secret yang dihasilkan kental. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.Dipengaruhi oleh saraf adrenergic. Terdapat pada bagian aksila, areola mammae, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar.
Rambut manusia memiliki dua jenis rambut, yaitu :
1. Rambut lanuga dengan ciri pendek, tidak berpigmen, halus, dan akarnya di dalam dermis. Contoh : rambut pada pipi.
2. Rambut terminal dengan ciri panjang, lebih kasar, berpigmen, berkumpul di daerah tertentu, dan akarnya didalam daerah subkutis. Pertumbuhan lebih dari 1 cm per bulan. Contoh : rambut kepala.
Rambut memiliki fungsi peraba, pemelihara panas. Di bawah folikel rambut terdapat otot polos muskulus erektropili untuk mengeluarkan rambut dan juga menekan atau memeras kelenjar sebasea.
LAPISAN SUBKUTIS
Lapisan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat penyimpanan energi. Jaringan lemak di seluruh tubuh tebal dan tipisnya tidak sama bergantung lokasinya.
Fisiologi Kulit
Kulit tubuh memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi proteksi. Perlindungan tubuh terhadap gangguan kimiawi, bakteri, virus, dan jamur. Seandainya tubuh tidak mempunyai kulit, betapa rentannya kita, tidak ada yang melindungi dan semua organ tubuh kita dapat berkontak langsung dengan lingkungan. Oleh karena itu, fungsi kulit untuk proteksi sangatlah penting. Fungsi kulit dapat optimal karena pH kulit berkisar 5-6,5 yang sngat menguntungkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Kulit memiliki sifat permeable-selekti, artinya kulit hanya dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat tertentu yang larut lemak. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit. Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk melepaskan diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut. Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling permeabel, disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya sehingga hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.
2. Fungsi ekskresi. Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolism dalam bentuk sebum dan keringat. Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak. Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.
3. Fungsi persepsi. Kulit mengandungn ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangasangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badan Krausse. Badan taktil Meissner yang terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-Renvier yang terletak di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.
4. Fungsi pengaturan suhu tubuh. Kulit memiliki kemampuan vasokonstriki pada suhu dingin, kemampuan vasodilatasi pada suhu panas, serta kemampuan termoregulasi melalui evaporasi (berkeringat). Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara ini cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum berjalan dengan baik.
5. Fungsi pembentukan pigmen. Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.
6. Fungsi pembentukan vitamin D. Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melaui makanan.
7. Fungsi absorpsi. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.
8. Fungsi keratinisasi. Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama: keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan kering.
9. Fungsi Ekspresi Emosi. Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.
2. Penyakit Kulit Dengan Gejala Gatal Dan Kemerahan
a. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Eksema tidak menular. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan keluarganya.
Penyebab
Penyebab eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih anggota keluarga mengalami eksema, asma, atau rinitis alergika, maka anak Anda memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami eksema dibanding populasi umum. Sebagian anak dengan eksema juga mengalami asma atau rinitis alergika.
Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:
1. Keringnya kulit
2. Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain
3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dengan pakaian berlapis-lapis
4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
5. Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan
6. Virus dan infeksi lain
7. Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda
Tampaknya terdapat faktor herediter yang kuat dan kondisi ini kambuh sepanjang hidup. Keadaan ini juga diduga merupakan penyakit alergi. (Suatu alergi didefinisikan sebagai perubahan reaksi jaringan pada individu tertentu pada paparan terhadap bahan yang dalam jumlah yang sama, tidak menimbulkan apa-apa pada yang lain). Mekanisme yang terlibat diduga adalah sebagai berikut :
• Terdapat pembebasan histamin, suatu bahan yang kuat yang menyebabkan kontraksi otot polos, dilatasi kapiler dan penurunan tekanan darah
• Pembebasan bahan lain, misalnya, asetil kolin
• Reaksi antara alergen dan suatu antibodi
Eksema jarang timbul sebelum bulan kehidupan kedua dan ketiga dan sebagian kasus hilang secara spontan pada ulang tahun kedua dan ketiga. Lebih sering terjadi pada bayi yang diberi makanan buatan dibanding pada bayi yang diberi ASI.
Gambaran Klinik
Lesi kulit pada awalnya tampak pada pipi, dahi dan kulit kepala, tetapi juga ditemukan pada permukaan fleksor dari lengan dan tungkai. Pada akhirnya mereka menyebar pada seluruh permukaan kulit. Hal ini sangat gatal dan sebagian besar perubahan kulit timbul akibat menggaruk, menggosok dan ekskoriasi. Penilaian eksema harus dilakukan oleh tenaga medis untuk menentukan derajat keparahan serta ada tidaknya infeksi yang menyertai. Sistem SCORAD dapat digunakan untuk penilaian eksema. Dari penilaian tersebut, eksema digolongkan menjadi:
1. Eksema ringan (skor SCORAD < 15): perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi sekunder
2. Eksema sedang (skor SCORAD antara 15 – 40): kulit kemerahan, infeksi kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi
3. Eksema berat (skor SCORAD > 40): kemerahan kulit, gatal, likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.
Kulit yang mengalami eksema lebih rentan terhadap infeksi sekunder oleh bakteri atau virus. Infeksi harus dipertimbangkan jika eksema bertambah parah atau tidak memberi respon terhadap pengobatan. Eksema yang terinfeksi didiagnosis jika ditemukan eksema yang mengalami ekskoriasi, basah, dan membentuk kerak.
b. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu. Gejala dermatitis kontak akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut.
Dermatitis dibagi menjadi 2 :
1. DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)
Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen
Epidemiologi dan etiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan. Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan,
Gejala klinis
Dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis. Dermatititis kontak iritan akut Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Dermatitis kontak iritan kronis ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air).
2. DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada DKA, peradangan mungkin belum terjadi sampai 24 ? 36 jam jam setelah kontak dengan bahan kimia tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung dengan alergen
Gejala dan tanda dematitis kontak antara lain:
• Bintik-bintik atau benjolan kemerahan
• Gatal dan bengkak
• Keluar cairan dari kulit yang terkena atau timbul lenting-lenting dan bula pada kasus yang berat
• Kemerahan atau lenting pada kulit terbatas pada area yang terkena saja
Epidemiolgi dan etiologi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
Gejala Klinis
• Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.
• Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman.
• Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. – Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
• Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.
• Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang ada di tangan.
• Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.
3. SKABIES
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei.
Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari.(Handoko, R, 2001).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. ( Mulyono, 1986).
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. (Andrianto dan Tang Eng Tie, 1989).
Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. (Sungkar, S, 1995).
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). (Haandoko, R, 2001).
Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.(Handoko, R, 2001).
Gejala Klinis.
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Klasifikasi.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
3. Cara Penularan Penyakit Kulit
a) Yang disebabkan oleh Parasit yaitu Scabies
Scabies penyakit kulit yang menular,waktu tertular sampai terkena penyakit berbeda-beda,infeksi baru= 2-6 minggu dan infeksi= 1-4 hari, sebagian besar kasus ini ditularkan :
• secara langsung : melalui berjabat tangan dengan orang yang terinfeksi scabies.
• secara tak langsung : pemakaian handuk dan pakaian bersama-sama.
b) Yang disebabkan oleh virus yaitu Herpes simpleks
Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA menular masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan mesin reproduksi sel untuk replikasi. Ada dua jenis herpes simpleks yaitu :
• Tipe 1 : biasanya menyerang bibir,mulut,hidung,dan pipi.herpes ini diperoleh dari kontak yang dekat dengan anggota keluarga dan teman yang terinfeksi tanpa hubungan seksual,penularannya melalui ciuman,sentuhan,dan pemakaian handuk bersama.
• Tipe 2 : biasanya menginfeksi daerah genital dan biasanya didahului oleh suatu hubungan seksual tetapi tidak selalu.
c) Yang disebabkan oleh jamur yaitu Kandidiasis perianal
• Kontak secara tidak langsung seperti pemakaian handuk dan pakaian bersama.
• Adanya faktor keturunan
d) Yang disebabkan oleh Immunologi yaitu Dermatitis Atopik.
Faktor immunologi : peningkatan produksi immunoglobin E karena produksi limfosit T meningkat.
Faktor turunan : resesif autosoma.
4. Pengobatan
5. ASKEP
HERPES SIMPLEKS
Herpes simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simpleks / virus hominis.(FK unair, 1993)
Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Partikel DNA yang menular masuk kedalam nucleus sel dan memanfaatkan mesin reproduksi sel untuk replikasinya sendiri (Sylvia & Wilson, 1995).
Herpes simpleks terdiri dari dua tipe :
Herpes simpleks tipe I, biasanya mengenai bibir, mulut, hidung dan pipi. Bentuk herpes ini diperoleh dari kontak dekat dengan anggota keluarga atau teman yang terinfeksi, melalui ciuman, sentuhan atau memakai pakaian / handuk mandi bersama, dan tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Herpes simpleks tipe II, biasanya menginfeksi daerah genital dan didahului oleh hubungan seksual, akan tetapi, sesuai dengan perkenbangan pola hubungan seksul, kasus ini dapat timbul tanpa harus melalui hubungan seksual.
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS
Pengkajian
1. biodata. Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa mudah. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan; beresiko tinggi pada penjaja seks komersial.
2. keluhan utama. Gejala yang sering menyebabkan penderita dating ketempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
3. riwayat penyakit sekarang. Kenbangkan pola PORST pada setiap keluahan klien. Pada beberapa kasus, timbul lesi / vesikel berkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis. Penderita merasa peradangan berat dan vesikulasi yang luas.
4. riwayat penyakit dahulu. Sering diderita kembalia oleh kllien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
5. riwayat penyakit keluarga. Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinveksi virus ini.
6. riwayat psikososial. Klien denga penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah:
a. menolak untuk menyentu atau melihat salah-satu bagian tubuh.
b. Menarik diri dari kontak sosial.
c. Kemampaun unutk mengurus diri berkurang.
7. kebutuhan sehari hari. Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan, terutama untuk istirahat / tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan buang air besar dan buang air kecil pada penderita herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secara besama-sama (handuk,pakaian dalam, dan pakaian renang milik orang lain) atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan.
8. pemeriksaan fisik. Keadaan umum klien bergantu pada luas, lokasi timbul lesi, dan daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal / saat proses peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel – vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Perhatikan mukosa mulut, hidung dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genetalia pria, daerah uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, intratus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mangkaji respon individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon prilaku. Secara fisiologis, terjadi diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan penekanan darah; pada prilaku, dapat dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakyukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 (0=tidak ada nyeri, 10= nyeri paling hebat) untuk orang dewasa. Untuk anak – anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkenbangannya kita dapat mengguankan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan. Wong dan Baker (1988), menemukan bahwa pengukuran dari usia 3 tahun sampai dengan remaja adalah dengan skala wajah.
9. pemeriksaan laboratorium. Ditemukan hasil uji Tzank positif.
Diagnosis dan intervensi
Kemungkinan masalah keperawatn yang timbul pada klien dengan herpes simpleks adalah:
• nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan
• gangguan citra tubuh / gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.
• Resiko penularan infeksi yang berhubungan dengan pemanjanan melalui kontak (langsung, tidak langsung, kontak droplet).
DK. Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan mengeluhkan adanya ketidaknyamanan berat atau sensorik tak-nyaman, yang berlangsung selama 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
Hasil yang diharapkan:
1. klien mengungkapkan nyeri berkurang / hilang.
2. menunjukan mekanisme koping spesifik untuk pada nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secara benar.
3. kllien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.
Rencana keperawatan:
1. kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri.
2. kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri.
3. sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responnya terhadap nyeri; akui adanya nyeri, dengkarkan dan perhatikan klien saat mengungkapkan nyerinya, sampaikan bahwa mengkaji nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
4. kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau tindakan.
5. beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab rasa nyeri.
6. diskusi dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi, imajinasi, dan ajarkan teknik / metode yang dipilih.
7. jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien.
8. kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesik.
9. pantau tanda – tanda vital.
10. kaji kembali respon klien terhadap tindakan penurunan rasa sakit / nyeri.

DK. Gangguan citra tubuh / gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.
Hasil yang diharapkan:
1. klien mengatakan dan menunjukan penerimaan atas penampilannya.
2. menunjukan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
3. melakukan pola-pola penanggulangan yang baru.
Rencana keparawatan:
1. ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
2. dorong klie untuk menyetakan perasaannya, terutama tentang cara ia merasakan, berpikir, atau memandang dirinya.
3. jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan, atau perawatan diri.
4. hindari mengritik.
5. jaga privasi dan lingkungan individu.
6. berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan informasi yang telah diberikan.
7. tingkatkan interaksi sosial.
a. Dorong klien untin melakukan aktifitas
b. Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu.
8. dorong klien dan keluarga untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
9. beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
10. lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan penilaian klien dan pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka (Dudas,1993).
11. dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.

DK.risiko penularan infeksi yang berhubungan dengan pemajanan melalui kontak (langsung, tidak langsung, kontak droplet).
Hasil yang diharapkan:
1. klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkan infeksinya.
2. klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit.
Rencana keperawatan:
1. jelaskan tentang penyakit harpes simpleks, penyebab, cara penularan, dan akibat yang ditimbulakan.
2. anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan seksual selama sakit dan jika perlu menggunakan kondom.
3. beri pejelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengan satu orang (satu sama lain saling setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi (hubungan seks yang sehat.)
4. lakukan tindakan pencegahan yang sesuai:
a. cuci tangan sebelum dan sesudah ke semua klien atau kontak dengan spesimen.
b. Gunakan sarung tangna setiap kali melakukan kontak langsung dengan klien.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat-alat mandi klien, dan tidak menggunakannya bersama (handuk,pakaian,baju dalam,dll).
d. Kurangi transfer patogen dengan cara mengisolasi klien selama sakit (karena penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat melalui udara).
SKABIES
Definisi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinnim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari kaki dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren. Adapun cara penularannya adalah sebagai berikut :
• Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual.
• Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Penularan biasanya oleh sarcoptes betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva.

Dikenal juga dengan Sarcoptes scabei varian animals yang kadang- kadang dapat menulari manusia, terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.
Pengklasifikasian dari skabes ini terbagi atas :
 Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
 Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetala laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
 Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyeang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanutkan siklus hidupnya pada manusia.
 Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder impetigo sehingga terowongan jarang ditemukan.
 Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang pada penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.
 Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjl tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).
Etiologi Skabies
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.
Manifestasi klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
 Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
 Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruhanggota eluarga.
 Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
 Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
Patofisiologi Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
Pemeriksaan penunjang
Cara menemukan tungau:
 Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya.
 Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
 Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
 Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
 Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
 Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
 Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
 Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
 Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
 Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES
A. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan:
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Psikososial
7. Pola kehidupan sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
9. Pemeriksaaan laboratorium
10. Terapi
B. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
KH:
 nyeri terkontrol
 gatal mulai hilang
 push hilang
 kulit tidak memerah
Intervensi:
 kaji TTV
 kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi
 berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan yang kurang menyenangkan
 kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic
 koaborasi pemberian antibiotika

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
KH:
- mata klien tidak bengkak lagi
- klien tidak sering terbangun dimalam hari
- klien tidak pucat
Intervensi:
- kaji tidur klien
- berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
- kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
- catat banyaknya klien terbangun dimalam hari
- berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan
- berikan minum hangat (susu) jika perlu
- berikan musik klasik sebagai pengantar tidur
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian
KH:
- mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
- mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
Intervensi:
- Dorong individu mengekspresian perasaan mengenai pikiran dan pandangan dirinya
- Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan

4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
KH:
- Klien tidak resah
- Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
- KLien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas serta postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan bekurangnya kecemasan
Intervensi:
- Identifiasi kecemasan
- Gunakan pendekatan yang menenangan
- Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
- Berikan obat untuk mengurangi kecamasan

5. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur infasif
KH:
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya
Intervensi:
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saatberkunjung dan setelah meninggalkan pasien
- Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,panas
- Inspeksi kondisi luka
- Berikan terapi anibiotik bila perlu
- Ajarkan cara menghindari infeksi
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
KH :
- Integritas kulit yang bak dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami
- Perfusi jaringan baik
Intervensi:
- Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun

6. Komplikasi
a. Scabies
Komplikasinya adalah:
1. Impetiginisasi sekunder adalah komplikasi yang lazim ditemui dan umumnya berespon baik terhadap pemberian antibiotik oral maupun topikal, tergantung pada tingkat pioderma.
2. Dapat timbul limfangitis dan septikemia, terutama pada kasus skabies berkrusta.
3. Glomerulonefritis post-streptokokus diakibatkan oleh pioderma yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes yang diinduksi skabies.
b. Herpeks Simpleks
Komplikasinya adalah:
1. Dapat terjadi infeksi bakteri sekunder pada vesikel
2. Herpeks simpleks 1 dapat menginveksi mata,menyebabkan kebutaan (keratokonjungtivitis). Infeksi herpes simpleks 2 primerselama kehamilan dapat menyebabkankerusakan susunan saraf pusat janin sehingga terjadi kebutaan dan retardasi mental. Risiko pada janin kehamilan.
3. Infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui infeksi asendens dari serviks atau vagina selama kehamilan,atau sewaktu bayi melewati jalan lahir yang terinfeksi.
c. Dermatitis Atopik
Komplikasinya adalah:
Infeksi kulit oleh bakteri permukaan yang lazim dijumpai,terutama staphylococcus aureus,atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang telah dilemahkan.
d. HERPES ZOSTER
Komplikasinya adalah:
1. Infeksi sekunder
2. Neuralgia pasca-herpetika adalh rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakit sembuh.
3. Kerotitis,kerato-konjungtiva berupa komplikasi dari herpes zoster oftalmikus.
4. Herpes zoster generalisata,bentuk klinis yang berat dengan gejala umum yang berat dan lesi timbul tersebar merata keseluruh tubuh
5. Alopesia arkata
6. Sindrom Ramsay Hunt. Gangguan pada saraf facialis dan saraf optikus menimbulkan lumpuh pada wajah,telinga berdenging,sakit kepala seperti berputar,gangguan pendengaran dan mual.
INFORMASI TAMBAHAN
JENIS – JENIS RUAM
A. Ruam Primer
Makula
Hal ini merupakan perubahan dalam warna kulit. Mereka bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dan tampak sebagai pewarnaan pada kulit. Makula dibentuk dari :
1. Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles.
2. Keluarnya darah kedalam kulit, misalnya petekie.
3. Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi.
4. Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema.

Papula
Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya dari sekitar 1-5 mm. Permukaan dapat tajam, bulat atau datar. Mereka terletak superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan ke dalam kulit.

Nodul
Ini serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam. Mereka bervariasi dalam ukuran dan biasanya lebih besar dibandingkan papula. Contoh daro nodul subkutan adalah nodul rematisme akut.

Vesikel
Vesikel merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam epidermis ; mereka biasanya diisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak yang menderita eksema.

Bula Atau Pustula
Bula merupakan vesikel besar yang mengandung serum, pus atau darah. Mereka ditemukan misalnya pada pemfigus neonatorum.

Gelegata
Gelegata merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh edema dermis dan dilatasi kapiler sekitarnya. Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap bahan asing.


B. Ruam Sekunder
Skuama
Skuama merupakan lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi. Keadaan ini ditemukan pada psoariasis.

Krusta
Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit. Masing-masing dapat dikenal dengan warna berikut : merah kehitaman (krusta darah), kuning kehitaman (krusta nanah), berwarna madu (krusta serum).

Fisura
Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan dermis. Mereka dapat terjadi pada kulit kering dan pada inflamasi kronik.
Ulkus
Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari seluruh epidermis dan sebagian atau seluruh korium di bawahnya.
MEKANISME GATAL
Patogen → basofil → histamin → reseptor histamin H1 → saraf pada kulit → spinal cord → thalamus → STT → korteks cerebral → GATAL


DAFTAR PUSTAKA

• Price, Silvia A. and Lorraine M. Wilson.2005. Patofisiologi Vol. 2. EGC : Jakarta
• Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
• Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
• Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
• Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
• http://city74.wordpress.com/category/fisiologi-kulit-dan-pengaruh-kosmetik/
• http://cupu.web.id/anatomi-dan-fisiologi-kulit/
• http://clittlebee.wordpress.com/2008/11/05/fisiologi-kulit/
• http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_3._ANATOMI_FISIOLOGI_KULIT
• http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/histamin.htm
• http://medicastore.com/penyakit/791/Reaksi_Alergi.html
• http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=jangan-remehkan-keluhan-gatal.html&Itemid=314
• http://www.klikdokter.com/illness/detail/136


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Bands. Powered by Blogger