Minggu, 07 Maret 2010

tutorial mata

1. Jelaskan anatomi dan fisiologi mata!
Jawab :
DEFINISI
Struktur dan fungsi mata sangat rumit dan mengagumkan. Secara konstan mata menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak. Mata adalah bola berisi cairan yang terbungkus oleh tiga lapisan jaringan khusus.


STRUKTUR & FUNGSI

Mata memiliki struktur sebagai berikut:
a. Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang berwarna putih dan relatif kuat.
b. Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian luar sklera.
c. Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris, pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
d. Pupil : daerah hitam di tengah-tengah iris.
e. Iris : jaringan berwarna yang berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di depan lensa; berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah ukuran pupil.
f. Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aqueus dan vitreus; berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
g. Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak di bagian belakang bola mata; berfungsi mengirimkan pesan visuil melalui saraf optikus ke otak.
h. Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visuil dari retina ke otak.
i. Humor aqueus : cairan jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi segmen anterior mata), serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea; dihasilkan oleh prosesus siliaris.
j. Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina (mengisi segmen posterior mata).
Sistem lakrimal
Produksi air mata memberikan pelumas alami dan mengencerkan serta membasuh partikel asing. Ada dua macam air mata yang biasanya diproduksi, yaitu : air mata pelumas dan air mata aqueous dihasilkan sebagai respon emosi dan iritasi hanya mengandung air. Air mata berair berlebihan tidak akan melekat pada mata tetapi akan bertumpah ke pipi. Air mata mengandung berbagai komponen yang dihasilkan oleh semua kelenjar. Kelenjar lakrimal yang memproduksi mata berair terletak di bagian anterior lateral atap orbita bagian atas. Lokasi ini memungkinkan membasahi mata secara diagonal ke arah kantus medial. Kelenjar lakrimal asesorius menjaga mata bagian anterior tetap lembab. Terdiri dari kelenjar Zeis(sebaseus) dan Moll(silliaris) yang terletak dalam batas kelopak mata. Kelenjar meibom tambahan(sebaseus) terletak pada suatu barisan sepanjang tarsus kelopak mata berperan dalam komponen minyak dalam air mata. Lapisan minyak ini menjaga agar air mata tidak menguap dan membanjir.
Air mata yang meninggalkan mata melalui system pengaliran lakrimal ke dalam sinus nasalis, ke luar melalui puncta, dua lubang kecil pada aspek atas dan bawah kantus medialis. Dari situ air mata mengalir melalui kalanikuli atas dan bawah yang kemudian bergabung menjadi sakus dan duktus lakrimalis, dan ke sinus nasalis.
Jumlah cahaya yang masuk mata dikontrol oleh iris.
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peke-cahaya karena adanya iris. Suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur seperti cincin di dalam aqueous humor. Pigmen di iris menentukan warna pada mata. Terdapat lubang dibagian tengah iris yang disebut pupil. Ukuran lubang ini disesuaikan dengan kontraksi otot-otot iris untuk memungkinkan banyak atau sedikitnya cahaya yang masuk. Iris menngandung dua kelompok jaringan otot polos, yaitu:
1. Sirkuler. Serat-serat otot berjalan melingkar di dalam iris
2. Radial. Serat-seratnya berjalan keluar dari batas pupil.
Apabila otot sirkular berkontraksi membentuk cincin yang lebih kecil. Hal ini merupakan reflex dari cahaya yang terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke mata. Apabila otot radialis berkontraksi atau memendek maka ukuran pupil meningkat sebagai reflex terdapat cahaya temaram atau gelap.
Otot iris dikontrol oleh system saraf otonom. Serat-serat saraf parasimpatis mempersarafi otot sirkuler,dan serat saraf simpatis mempersarafi otot radial. Melalui peran saraf otonom, keadaan di luar rangsangan cahaya dapat menyebabkan perubahan ukuran pupil.
Mata membiaskan cahaya masuk untuk memfokuskan bayangan di retina
Fotoreseptor pada mata peka hanya terhadap panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer. Cahaya tampak ini hanya sebagian kecil dari spectrum elektromagnetik total. Pada permukaan yang melengkung seperti lensa, semakin besar kelengkungan, semakin besar derajat pembiasan dan semakin kuat lensa. Ketika suatu berkas cahaya mengenai permukaan yang melengkung dengan densitas lebih besar, arah refraksi bergantung pada sudut kelengkungan. Suatu lensa dengan permukaan konveks menyebabkan konvergensi, atau penyatuan berka-berkas cahaya yaitu persyaratan untuk membawa suatu bayangan ke titik focus. Dengan demikian permukaan refraktif mata bersifat konveks.
Akomodasi meningkatkan kekuatan lensa untuk penglihatan dekat
Kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di bagian anterior.
Korpus siliaris memiliki dua komponen utama, yaitu:
1. Otot siliaris. Otot polos yang melingkar dan melekat ke lensa melalui ligamentum suspensorium.
2. Jaringan kapiler yang menghasilkan aqueous humor.
Ketika otot siliaris melemas, ligamentum suspensorium tegang dan menarik lensa, sehingga lensa berbentuk gepeng dengan kekuatan refraksi minimal (akomodasi minimum). Apabila otot siliaris berkontraksi, ligamentum suspensorium melemas maka lensa mata membulat dan menguat sehingga terjadi akomodasi maksimum.

Cahaya melewati beberapa lapisan retina sebelum mencapai fotoreseptor
Bagian dari saraf retina terdiri dari tiga lapisan, yaitu :
1. Lapisan paling luar (terdekat dengan koroid) mengandung sel batang dan sel kerucut, yang ujung peka-cahayanya berhadapan dengan koroid.
2. Sebuah lapisan tengah dengan neuron bipolar
3. Lapisan bagian dalam sel ganglion. Akson sel ganglion menyatu membentuk saraf optikus.
Fototransduksi oleh sel retina mengubah rangsangan cahaya menjadi sinyal saraf
Fotoreseptor terdiri tiga bagian, yaitu :
1. Sebuah segmen luar, yang terle tak paling dekat dengan eksterior mata, menghadap ke koroid, dan mendeteksi rangsangan cahaya. Terdpat sel-sel yang berbentuk batang dan kerucut yang banyak mengandung molekul-molekul fotopigmen. Fotopigmen pada sel batang dinamakan rodopsin yang tidak dapat membedakan berbagai panjang gelombang spektrum cahaya tampak, sehingga sel batang hanya memberi gambaran bayangan abu-abu. Sel kerucut terdiri dari sel kerucut merah, hijau, dan biru. Berespon secara selektif terhadap berbagai panjang gelombang, sehingga penglihatan warna dapat terjadi.
2. Sebuah segmen dalam , yang terletak di pertengahan panjang fotoreseptor dan mengandung perangkat metabolik sel.
3. Sebuah terminal sinaps, yang terletak paling dekat dengan interior mata, menghadap ke neuron bipolar, dan menyalurkan sinyal yang dihasilkan di fotoreseptor setelah mendapat rangsangan cahaya ke sel-sel berikutnya pada jalur penglihatan
Sifat penglihatan sel batang dan kerucut
Sel batang:
a. 100 juta per retina
b. Penglihatan dalam rona abu-abu
c. Kepekaan tinggi
d. Ketajaman rendah
e. Banyak konvergensi di jalur retina
f. Lebih banyak di perifer
Sel kerucut :
a. 3 juta per retina
b. Penglihatan warna
c. Kepekaan rendah
d. Ketajaman tinggi
e. Sedikit konvergensi di jalur retina
f. Terkonsentrasi di fovea
Jalur penglihatan
Lapangan pandang kanan = penglihatan warna
Lapangan pandang kiri = penglihatan tidak berwarna
Belahan kiri korteks penglihatan di lobus oksipitalis menerima informasi dari belahan kanan lapangan pandang kedua mata (warna). Belahan kanan korteks pelinghatan di lobus oksipitalis menerima informasi dari belahan kiri lapangan pandang kedua mata (warna hitam)
Mekanisme protektif membantu mencegah cedera mata
Kelopak mata berfungsi sebagai daun penutup untuk melindungi bagian anterior mata dari gangguan luar. Air mata diproduksi secara terus menerus oleh kelenjar lakrimalis sebagai cairan pembasuh mata. Mata juga dilengkapi dengan bulu mata untuk menangkap benda-benda halus di udara.
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis gangguan penglihatan!
Jawab :
ABLASIO RETINA
Merupakan penyakit mata gawat darurat, penderita mengeluh ada kabut dilapangan pandangnya secara mendadak seperti selubung hitam. Kalau mengenai makula lutea maka visusnya mundur sekali, bila ditanya mungkin ditemukan gejala ada bintik hitam sebelumnya dan penderita miopia tinggi.
Ablasia retina adalah suatu penyakit dimana lapisan sensorik dari retina lepas. Lepasnya bagian sensorik retina ini biasanya hampir selalu didahului oleh terbentuknya robekan atau lubang didalam retina (P.N Oka, 1993), lepasnya lapisan saraf retina dari epitelium. Penyakit ini harus dioperasi, penderita tidak boleh terlalu banyak bergerak dan goyang supaya bagian retina yang sudah lepas, tidak bertambah lepas lagi.
Ada 2 tipe ablasio retina :
1. Non rhemathogen retina detachmen :
a. Malignancy hypertensi
b. Choriodal tumor
c. Chorioditis
d. Retinopati
2. Rhemathogen retina detachmen :
a. Trauma
b. Degenerasi
c. Kelainan vitreus
Etiologi :
Ablasio retina dapat terjadi secara spontan atau sekunder setelah trauma, akibat adanya robekan pada retina, cairan masuk kebelakang dan mendorong retina (rhematogen) atau terjadi penimbunan eksudat dibawah retina sehingga retina terangkat (non rhegmatogen), atau tarikan jaringan parut pada badan kaca (traksi). Penimbunan eksudat terjadi akibat penyakit koroid, misalnya skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, uveitis dan toksemia gravidarum. Jaringan parut pada badan kaca dapat disebabkan DM, proliferatif, trauma, infeksi atau pasca bedah.
Faktor predisposisi :
Mata dengan miopia tinggi, pasca retinitis,ekstraksi katarak dan retina yang memperlihatkan degenerasi diperifer.
Manifestasi klinis :
Tabir yang menutupi penglihatan dan seperti melihat pijaran api, penglihatan menurun secara bertahap sesuai dengan daerah yang terkena, bila makula yang terkena maka daerah sentral yang terganggu.

GLAUKOMA
Pengertian
Glaukoma adalah sejumlah kelainan mata yang mempunyai gejala peningkatan tekanan intra okuler (TIO), dimana dapat mengakibatkan penggaungan atau pencekungan papil syaraf optik sehingga terjadi atropi syaraf optik, penyempitan lapang pandang dan penurunan tajam pengelihatan (Martinelli, 1991).
Patofisiologi
Tekanan intraokuler dipertahankan oleh produksi dan pengaliran Aqueus humor dimana secara kontinue diproduksi oleh badan silier (sel epitel prosesus ciliary bilik mata belakang untuk memberikan nutrien pada lensa. Aqueua humor yang merupakan cairan jernih berbahan gelatinosa jernih yang terletak diantara ruang antara lensa dan retina yang mengalir melalui jaring-jaring trabekuler, pupil, bilik mata depan, trabekuler mesh work dan kanal schlem. Tekanan intra okuler (TIO) dipertahankan dalam batas 10-21 mmHg tergantung keseimbangan antara produksi dan pegeluaran (aliran) AqH di bilik mata depan.
Peningkatan TIO akan menekan aliran darah ke syaraf optik dan retina sehingga dapat merusak serabut syaraf optik menjadi iskemik dan mati. Selanjutnya menyebabkan kerusakan jaringan yang dimulai dari perifer menuju ke fovea sentralis. Hal ini menyebabkan penurunan lapang pandang yang dimulai dari derah nasal atas dan sisa terakhir pada temporal.
Lebih jelasnya dapat dilihat di skema dibawah ini :
Produksi homur aqueus
Corpus Ciliaris

Bilik Mata Belakang

Pupil

Bilik Mata Depan

Sudut BMD

Trab. Schlem

Sistem Vena Sklera

Kornea

Aqueous Iris
Canal Of Schlemm Trabeculameshwork
Sclera Lensa

Ciliary body



Surgical drainage
opening Kornea

Aqueous Iris
Canal Of Schlemm Trabeculameshwork
Sclera Lensa
konjungtiva
Ciliary body
Gambar 1. Proses pengaliran aquaeos yang sebenarnya, aqueos mengalir melalui pupil masuk keruang anterior dan meninggalkan mata melalui saluran schelemm, B. Pada glaukoma, aliran aqueous yang normal tertahan, Tujuan pembedahan pada glaukoma adalah membuat saluran baru yang memungkinkan aqueous dapat mengalir keluar mata (dari Havener, WH : Sypnosis of Orphalmogy, ed. 5, St Louis 1979, The VC mosby Co) Long (1996)
Glaukoma dibedakan menjadi:
1. Glaukoma sudut terbuka /simplek (kronis)
Adalah sebagian besar glaukoma (90% - 95%), yang meliputi kedua belah mata, disebut sudut terbuka karena humor aqueous mempunyai pintu terbuka kejaringan trabekuler. Sudut bilik depan terbuka normal, pengaliran dihambat karena adanya perubahan degeratif jaringan trebuekuler, saluran schelem dan saluran yang berdekatan. adanya hambatan aliran AgH tidak secepat produksi, bila berlangsung secara terus menerus, maka menyebabkan degenerasi syaraf optik, sel gangglion, atropi iris dan siliare. Gejala yang timbul awal biasanya tidak ada kelainan biasanya diketahui dengan adanya peningkatan IOP dan sudut ruang anterior normal seperti: mata terasa berat, pening, pengelihatan kabur, halo di sekitar cahaya, kelainan lapang pandang , membesarnya titik buta.
2. Glaukoma sudut tertutup/sudut sempit (akut)
Adalah terganggunya aliran akibat tertutupnya atau terjadinya penyempitan sudut antara iris dan kornea, serangan intermiten, tekanan normal bila sudut terbuka, kedaruratan mata akut.
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong kedepan, menempel kejaringan trabekuler dan menghambat humor aquaeos mengalir kesaluran schelemm. Dimana terjadinya penyempitan sudut dan perubahan iris ke anterior, mengakibatkan terjadi penekanan kornea dan menutup sudut mata, AqH tidak bisa mengakir keluar, bilik mata depan menjadi dangkal. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya IOP, adalah: nyeri selama beberapa jam dan hilang kalau tidur sebentar, TIO >75 mmHg, halo disekitar cahaya, headache, mual, muntah, bradikardi, pengelihatan kabur dan berkabut serta odema pada kornea. Bila terjadi penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil dan jika tidak ditangani bisa terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
3. Glaukoma Kongenital
Adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder terhdap kelainan mata systemik jarang (0,05%) manifestasi klinik biasanya adanya pembesaran mata, lakrimasi, fotofobia blepharospme.
4. Glaukoma sekunder
Adalah glaukoma yang terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah, trauma. Dengan gejala yang hampir mirip dengan sudut terbuka dan sudut tertutup tergantung pada penyebabnya.
KATARAK
1. Pengertian
Katarak adalah : kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur-angsur, penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara)
2. Etiologi
 Ketuaan, biasanya dijumpai katarak senilis.
 Trauma, terjadi karena pukulan benda tumpul /tajam terpapar oleh sinar X atau benda-benda radioaktif.
 Penyakit mata seperti Uveitis
 Penyakit sistemik seperti DM.
 Defek congenital.
3. Fisiologi Lensa Mata
Fungsi lensa mata memfokuskan sinar pada retina. Pada saat itu kekuatan refraksi lensa berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga sinar dapat difokuskan pada retina. Perubahan kekuatan retraksi disebut akomodasi.
2 (dua) faktor yang menentukan dalam akomodasi yaitu:
a. Kemampuan lensa untuk berubah bentuk (menjadi lebih cembung)
b. Kekuatan dari muskulus siliaris.
Bila muskulus siliaris relaks, zonula zinn menjadi tegang, diameter antara posterior lensa menjadi lebih pendek dan kekuatan refraksi berkurang. Sebaliknya bila muskulus siliaris kontraksi maka ketegangan zonula zinn berkurang, sehingga bentuk lensa menjadi lebih cembung dan kekuatan refraksi bertambah.

4. Patofisiologi

Dalam keadaan normal transfaransi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran sesemi permeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibatkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan ataubbintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak.
Terjadinya penumpukan cairan / degenasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguanpenglihatan

5. Pembagian katarak
1) Katarak Congenital
Pada umumnya bilateral. Banyak disebabkan oleh virus rubella pada trimester I kehamilan bila pada pemeriksaan positif rubella, maka operasi sebaiknya ditunda sampai umur 2 tahun karena virus masih aktif di dalam lensa. Kalau di operasi akan terjadi endoftalmitis dan mata akan menjadi rusak. Bila kekeruhan bilateral segera lakukan operasi satu mata dulu kurang dari 6 bulan untuk membentuk visus normal. Sedangkan mata satunya dapat dioperasi setelah umur 2 tahun.
2) Katarak Jevenil
Katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir. Katarak ini termasuk ke dalam development cataract, yaitu kekeruhan lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat – serat lensa sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu kejadian penyakit keturunan lain.
3) Katarak Senil
Katarak senile ada hubungannya dengan pertambahan umur dan berkaitan dengan proses ketuaan yang terjadi di dalam lensa. Perubahan yang tampak adalah bertambah tebalnya nucleus dengan berkembangnya lapisan kortek lensa.
Secara klinik / proses ketuaan lensa sudah tampak pada pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat terjadinya skelerosa lensa yang timbul pada decade 4 yang dimanifestasi dalam bentuk presbiopia.
a. Katarak insipien
Katarak yang tidak seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi dengan dasar perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks nterior atau posterior. Kekeruhan ini pada permulaan hanya tampak bila pupil dilebarkan.
Pada stadium ini terdapat keluhan polidiopia oleh karena indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Bila dilakukan tes bayangan iris (shadow test) akan negatif.
b. Katarak imatur
Pada stadium yang lebih lanjut maka akan terjadi kekeruhan yang lebih tebal. Tetapi tidak atau belum mengenal seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hydras korteks yang mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi myopia. Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan dan sudut bilik mata depan akan lebih sempit.
Pada stadium ini akan mudah terjadi glaucoma sebagai penyulit. Stadium imatur dimana terjadi kecembungan lensa akibat menyerap air disebut stadium intumesen. Shadow test pada keadaan ini positif.
c. Katarak matur
Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Lensa kehilangan cairan sehingga mengkerut lagi dan kamera okuli anterior menjadi normal kembali. Kekeruhan lensa sudah menyeluruh warna putih keabu-abuan. Pada pemeriksaan iris shadow negatif dan fundus refleks negatif.
Pada stadium ini saat yang baik untuk operasi dengan tehnik intra kapsuler (Tehnik Lama).
d. Katarak hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
Dapat terjadi 2 kemungkinan :
• Lensa menjadi kehilangan cairannya terus sehingga mengkerut dan menipis disebut SHRUNKEN KATARAK.
• Korteks lensa melunak dan mencair, sedangkan nucleus tidak mengalami perubahan, akibatnya nucleus jatuh disebut MORGANIAN KATARAK. Operasi pada saat ini kurang menguntungkan karena lebih mudah terjadi komplikasi.
Katarak senile :
o Paling sering dijumpai
o Biasanya umur lebih dari 50 tahun, tapi kadang-kadang mulai umur 40 tahun
o Hampir selalu mengenai kedua mata dengan stadium yang berbeda. Kekeruhan dapat dimulai dari perifer kortek atau sekitar nucleus.
o Gejala utama adalah penglihatan makin lama makin kabur. Sejak mulainya terjadi kekeruhan sampai matur dibutuhkan waktu beberapa tahun.
o Reaksi pupil terhadap cahaya normal.
RETINOBLASTOMA
A. Pengertian
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut atau batang) atau sel glia yang bersifat ganas (Ilyas S. dkk, 1981)
B. Insiden
1. Kelainan ini umumnya bersifat kongenital walaupun dapat pula dijumpai pada usia yang lebih lanjut (40 tahun)
2. Diturunkan secara dominan autosom (bila menegani kedua mata), dan bersifat mutasi somatik (bila mengenai satu mata)
3. Ditemukan 1 diantara 30.000 kelahiran
4. Perbandingan laki-laki dan perempuan insidennya sama
5. Tidak terdapat predileksi ras.
C. Patofisiologi
Secara histopatologik retinoblastoma terdiri atas sel-sel kecil berbentuk bulat dengan nukleus besar yang hiperkromatik dan sitoplasma yang sedikit. Gambaran mitosis mungkin lebih banyak ataupun sedikit. Kadang-kadang ditemukan daerah nekrosis dan deposit kalsium. Gambaran khas mata retinoblastoma adalah adanya rosette yaitu gambaran yang terdiri atas susunan sel kuboid yang mengelilingi suatulumen dan nukleus yang terletak di daerah basal (Ilyas S. dkk, 1981)






Diagram patofisiologi retinoblastoma.
Neuroretina




Mitosis pada daerah nekrosis dan deposit kalsium






Retinoblastoma
(Sel kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus yang terletak didaerah basal)

Dampak psikologis :
1. Ansietas
2. Rendah diri
3. Risiko inefektif penatalaksanaan regimen terapi
4. Hospitalisasi Dampak fisik
1. Perubahan persepsi sensori (melihat)
2. Resiko cedera
3. Perubahan gambaran tubuh
4. Nyeri pada mata

Preoperasi ::
1. Ansietas
2. Takut Postoperasi :
1. Perubahan persepsi sensori (melihat
2. Resiko cedera
3. Perubahan gambaran tubuh
4. Nyeri pada mata
5. Perubahan interaksi sosial
6. Berduka



Penatalaksanaan :
1. Penyinaran supervoltage (membunnuh sisa-sisa tumor)
2. Penyinaran yang dikombinasikan dengan kemoterapi
3. Koagulasi ringan
4. Kemoterapi (metastase ke jaringan tubuh lainnya)
5. Pembedahan (enukleasi ialah bedah pengangkatan bola mata). Setalh bola mata dikeluarkan, otot mata dijahit pada bola plastik yang dimasukkan dalam rongga mata, dan alat penyesuai sementara dimasukkan untuk mempertahankan bentuk alami rongga mata. Antara 2 dan 6 minggu setelah operasi, prostesisi mata daapt dibuat untuk klien untuk dipasang. Eksentrasi orbita ( eksistensi ke jaringan orbita) dengan mengangkat seluruh isi orbita dengan jaringan periost).

7. Gambaran klinis (Ilyas S. dkk, 1981)
a. Gejala subyektif
Biasanya sukar ditemukan karena anak tidak mengeluh. Kelainan ini dapat disurigai bila ditemukan adanya leukokoria (Refleks putih pada pupil dan dapat disebabkan karena kelainan pada retina, badan kaca, dan lensa), strabismus, glaukoma (suatu penyakit dimana gambaran klinik yang lengkap ditandai oleh peninggian tekanan intraokluler, pengguangan dan degenerasi papil saraf optik serta defek lapang pandangan yang khas), mata sering merah atau penglihatan yang menurun pada anak-anak
b. Gejala obyektif
1. Tampak adanya suatu massa yang menonjol di dalam badan kaca
2. Massa tumor dapat menonjol di atas retina ke dalam badan kaca pada retinoblastoma tipe endofitik atau terletak di bawah retina terdorong ke dalam badan kaca seperti pada tipe eksofitik.
3. Masa tumor tampak sebagai lesi yang menonjol berbentuk bulat, berwarna merah jambu, dapat ditemukan satu atau banyak pada satu mata atau kedua mata.
4. Sering terdapat neovaskularisasi di permukaan tumor.
5. Mungkin juga ditemukan adanya mikroneurisma atau teleangiektasi.
6. Pada pemeriksaan funduskopi pada lesi ini tidak ditemukan tanda peradangan seperti edema retina, kekeruhan badan kaca dan lain-lain.

3. Apa yang dimaksud dengan counting finger?
Jawab :
Counting Finger merupakan Teknik pemeriksaan visus dengan menunjukkan jari jari didepan mata pasien, mata sebelah ditutup, pasien ditanyakan jumlah jari yang terlihat.
Cara pemeriksaan
• Mula - mula, pemeriksa berdiri sejarak 1 meter dari orang yang diuji dan diminta menyebutkan jumlah jari tangan yang ditunjukkan oleh pemeriksa.
• Secara berangsur - angsur, pemeriksa mundur sejauh 1 meter hingga orang yang diuji tidak mampu melihat dengan jelas jari - jari tangan pemeriksa.
• Tentu saja setiap mundur 1 meter pemeriksa harus mengubah jumlah jari yang ditunjukkannya.
• Jarak terjauh di mana orang yang diuji masih bisa menghitung jari pemeriksa dengan benar, itulah nilai ketajaman penglihatannya. Penglihatan orang normal akan masih mampu melihat jari tangan dengan jelas pada jarak 60 meter.
• Jika orang yang diuji hanya mampu menghitung jari tangan dengan benar pada jarak 4 meter, maka tajam penglihatannya dinotasikan 4/60, atau ada juga yang menotasikan CF 4 (CF= Count Fingers).
4. Jelaskan pemeriksaan yang dilakukan pada klien dengan gangguan penglihatan!
Jawab :
a. Tes fisiologis mata
 Tajam pengelihatan,menilai kekuatan resolusi mata
• Dewasa dengan menggunakan kartu snellen yang terdiri dari baris-baris huruf yang ukurannya semakin kecil.tajam pengelihatan dicatat sebagai jarak baca (misal 6 meter) pada nomor baris dari huruf terkecil yang di lihat.jika jarak baca ini adalah garis 6 meter,maka tajam pengelihatan adalah 6/6; jika jarak baca ini adalah garis 60 meter maka tajam pengelihatan adalah 6/60.
• Anak digunakan berbagai metode untuk menilai tajam pengelihatan misalnya dengan menggunakan kartu Cardiff dapat digunakan untuk menilai pengelihatan anak usia 1-3 tahun metode ini merupakan tes pengelihatan pilihan berdasarkan fakta bahwa anak lebih suka melihat target yang kompleks dibandingkan target sederhana.
 Lapang pandang
Lapang pandang memetakan perluasan perifer dunia visual.tiapa lapang pandang dapat direpresentasikan sebagai suatu seri kontur atau isopter,mendemonstrasikan kemampuan untuk melihat satu target dengan ukuran dan kecerahan tertentu,lapang pandang tidak rata; daerah pusat mata dapat mendeteksi objek yang lebih kecil dibandingkan perifer.hal ini menghasilkan bukti pengelihatan di mana objek yang di lihat dengan detil terbaik berada pada puncak bukit(di fovea) di sisi temporal lapang pandang terletak bintik buta.ini berhubungan dengan papil saraf optic dimana tidak terdapat fotoreseptor.
 Tes konfrontasi
Tes konfrontasi dapat dilakukan sebagai berikut :
 Mintalah pasien untuk menutup satu matanya.duduklah didepan pasien dan angkat kedua tangan anda di depan mata yang tidak ditutup dengan telapak tangan menghadap pasien,satu tangan pada masing-masing sisi,tanyakan apakah kedua telapak tangan terlihat sama,ulangi tes dengan mata yang satunya.tes ini berguna untuk mendeteksi hemianopia bitemporal
 Mintalah pasien untuk menghitung jumlah jari yang diperelihatkan pada tiap kuadran lapang pandang.
 Perimeter,mesin ini memungkinkan pemetaan lapang pandang yang lebuh akurat. Mesin ini mengukur :
 Lapang pandang kinetic,dimana pasien menunjukkan saat dia pertama kali melihat cahaya dengan ukuran dengan tingkat kecerahan tertentu yang di gerakkan dari perifer.
 Lapang pandang static dimana pasien menunjukkan saat ia pertama kali melihat cahaya stationer pada tingkat kecerahan yang bertambah.
 Tekanan intraokular diukur dengan tonometer goldmann
Satu silinder plastik jernih ditekankan pada kornea yang sudah dianastesi.cincin pendataran,dilihat melalui silinder,dibuat terlihat dengan adannya flouresin pada film air mata.prisma yang diletakkan secara horizontal dalam silinder,memisahkan cincin kontak menjadi dua setengah lingkaran. Tekanan yang diberikan kesilinder dapat divariasikan untuk mengubah tingkat pendataran kornea dan kemudian ukuran cincin. Tekanan disesuaikan sehingga kedua setengah lingkaran saling bertautan ini merupakan titik akhir dari tes, dan tekanan yang diberikan dikonfersi kedalam satuan tekanan ocular (mmHg) yang dapat dilihat di tonometer.
 Reaksi pupil : (miosis,konstriksi;midriasis,dilatasi) dan responnya terhadap cahaya dan akomodasi memberikan informasi penting mengenai :
 Fungsi jalur aferen yang mengontrol pupil (saraf dan traktus optic)
 Fungsi jalur eferen
Pemeriksaan pupil dimulai dengan penilaian ukuran pupil dengan cahaya uniform.jika terdapat asimetri (anisokoria) harus ditentukan apakah pupil yang kecil atau yang lebar yang merupakan pupil abnormal.
 Pergerakan mata
Pergerakan mata dinilai ketika duduk menghadap pasien,perhatikan hal-hal berikut : yaitu posisi mata,kisaran pergerakan mata,jenis pergerakan mata.
 Kelopak mata : kelopak mata jatuh (ptosis)
 Kelainan anatomis (kegagalan tendon levator untuk berinsersi dengan benar dikelopak)
 Masalah organic (kelemahan otot levator pada miastenia grafis atau gangguan persarafan pada palsi saraf ke-3
b. Pemeriksaan anatomis mata
 Kelopak mata dan segmen anterior
Biasannya menggunakan biomikroskop (slit lamp) untuk memeriksa mata dan kelopak mata.alat ini memungkinkan pemeriksa mendapatkan pandangan stereoskopik yang diperbesar.celah cahaya memungkinkan potongan melintang media transparan mata dapat dilihat dengan menyesuaikan sudut antara sinar ini dengan mikroskop,cahaya dapat digunakan untuk memperjelas struktur dan proses patologis dalam mata.tiap struktur diperiksa dengan teliti,dari kelopak mata kemudian terus kearah dalam.
 Penggunaan flouresin diagnostik
Flouresin memiliki sifat menyerap cahaya pada panjang gelombang biru dan memancarkan flouresensi hijau.aplikasi fluoresein pada mata dapat mengidentifikasi abrasi kornea dan kebocoran aqueos humor dari mata.
 Eversi kelopak mata atas
Bagian bawah kelopak mata atas diperiksa dengan membalikkannya menggunakan objek kecil berujung tumpul (cotton bud) yang diletakkan diatas lipatan kelopak mata.
 Retina
 Oftalmoskopi direk (konvesional),memberikan suatu bayangan reflex fundus dan pandangan yang diperbesar dari papil saraf optic,macula,pembuluh darah retina,dan retina hingga ekuator.
 Oftalmoskopi indirek,yang mampu melihat retina sampai kearea sangat perifer.optalmoskopi indirek terdiri atas sumber cahaya,yang ukuran dan warnanya dapat di ubah dan sisteem lensa yang memungkinkan kelainan refraksi pemeriksa dan pasien dikoreksi.
c. Teknik pemeriksaan khusus
 Lensa diagnostik : lensa gonioskopi yang merupakan lensa kontak dengan cermin integral yang memungkinkan visualisasi sudut iridokornea,keduannya digunakan pada kornea yang telah di anastesi dengan media pelumas.lensa-lensa ini dapat digunakan untuk mendapatkan pandangan stereoskopik retina.
 Retinoskopi yaitu teknik memungkinkan keadaan refraktif mata (yaitu kekuatan mata yang dibutuhkan oleh lensa kacamata korektif) bisa di ukur.
d. Teknik pemeriksaan penunjang
 Ultrasonografi digunakan untuk :
• Menyediakan informasi tentang vitreous,retina,dan lapisan posterior mata
• Mengukur panjang bola mata sebelum pembedahan katarak
 Keratometri digunakan untuk mengatur bentuk kornea hal ini penting dalam penilaian lensa kontak,pembedahan refraktif,dan perhitungan kekuatan implant lensa artificial pada pembedahan katarak.

 Sinoptofor
Mesin ini memungkinkan penilaian pengelihatan tunggal binocular dan juga untuk memeriksa kisaran mata bergerak saling menjauh (divergen) atau saling mendekat (konvergen) saat mempertahankan gambaran tunggal.
 Eksoftalmometer untuk mengukur protrusi okular (proptosis)
 Tes elektrofisiologi
Aktivitas listrik retina dan korteks visual sebagai respons terhadap stimulus visual spesifik contoh cahaya berkilat,dapat digunakan untuk menilai fungsi retina (elektroretinogram) EPR (elektrookulogram) dan jalur visual (respons atau potensial yang dibangkitkan secara visual,visually evoked response or potential)
 Teknik pencintraan radiologi
CT scan dan MRI
 Angiografi flouresin
untuk menghasilkan informasi mengenai sirkulasi retina
 Teknik pencintraan digital dan pemindaian (SCAN) laser
Teknik ini akan membantu penilaian pasien dengan penyakit kronis seperti glaucoma dan diabetes dimana tatalaksana membutuhkan penilaian perubahan pada lempeng maupun retina yang akurat.

5. Jelaskan factor resiko pada gangguan penglihatan!
Jawab :
a. Usia
Kornea, lensa, iris, aquous humor dan vitrous humor akan mengalami perubahan seiring bertambahnya usia karena bagian utama yang mengalami perubahan / penurunan sensifitas yang bisa menyebabkan lensa pada mata, produksi aquous humor juga mengalami penurunan tetapi tidak terlalu terpengaruh terhadap keseimbangan dan tekanan intra okuler lensa umum. Bertambahnya usia akan mempengaruhi fungsi organ pada mata seseorang yang berusia 60 tahun, fungsi kerja pupil akan mengalami penurunan 2/3 dari pupil orang dewasa atau muda, penurunan tersebut meliputi ukuran-ukuran pupil dan kemampuan melihat dari jarak jauh. Kemampuan akomodasi semakin menurun seiringan dengan bertambahnya umur. Dengan pertambahan umur maka akan terbentuk serabut-serabut lamel secara terus menerus sehingga lensa bertambah besar dan berkurang elastisitasnya.
Hal ini menyebabkan sifat kecembungan lensa semakin menurun pula. Penurunan kecembungan lensa menyebabkan berkurangnya ketegangan pada zonula zin yang diakibatkan oleh kontraksi otot siliar yang terdapat dibadan siliar semakin lemah. Kontraksi otot siliar yang semakin lemah berarti kemampuan akomodasi juga semakin menurun. (Borish Irvin, 1970 dalam Martuti, 1989)
b. Metabolik
Sistem metabolisme tubuh yang terganggu misalnya karena diabetes dapat menyebabkan perubahan pada lensa dalam mekanisme aldosere duktase dalam jangka panjang akan menyebabkan kekeruhan pada lensa dan menurunkan kemampuan akomodasi mata.
c. Penyakit
Jenis-jenis penyakit mata yang dapat menyebabkan menurunnya kemampuan akomodasi antara lain katarak dan glaukoma. Penyakit bukan dari jenis penyakit mata yang dapat menurunkan kemampuan akomodasi adalah hipertensi. Mata yang mengandung penyakit-penyakit tersebut bila dipakai tidak terlalu lama tidak akan mempengaruhi kemampuan akomodasi mata. Bila mata yang mengandung penyakit tersebut dipakai terlalu lama untuk melihat dekat maka kemampuan akomodasi menjadi lemah. Akibatnya, melihat jadi berkurang sampai akhirnya kabur. Angka kejadian katarak di Indonesia menurut DEPKES (1985) pada umur 60 tahun keatas 67,3% sedangan pada usia 20-24 tahun hanya 0,2%. Prosesntase glaukoma pada usia 20-24 tahun hanya 0,13%. sebagian orang dengan AIDS tahap lanjut mengembangkan penyakit mata yang parah. Penyakit ini dapat menyebabkan kebutaan jika tidak segera diobati.
d. Gaya Hidup
Hasil riset radiasi monitor terutama komputer juga memberikan gambaran bahwa: Radiasi monitor komputer secara diagonal terjadi bocoran radiasi yang jauh lebih besar jika kita berhadapan secara langsung. ( misalnya : kalau kita berhadapan langsung, besarnya radiasi x ; maka dengan monitor yang sama kalau kita di posisi diagonalnya, besarnya radiasi x+y). Tentang Brightness dan Contrast pada monitor, pekerjaan yang berkaitan dengan keakuratan warna (misalnya grafik design), tentunya sangat tergantung pada brightness dan contrast monitor; dari hasil riset makin tinggi set brightness dan contrast, maka makin tinggi radiasinya. Setiap mata orang memiliki daya tahan yang berbeda; pedih, keluar air mata, iritasi, dan lain-lain, yang merupakan akibat dari hal tersebut diatas.
Apabila hal ini terus menerus dialami dalam jangka waktu yang cukup lama, maka salah satu akibatnya adalah: menderita Asthenopia (pupil mata jadi lambat bereaksi terhadap cahaya, karena intensitas cahaya (radiasi komputer, brightness contrast, cahaya matahari, dan lain-lain yang berlebihan). Dari beberapa gambaran diatas memang sangat mengerikan, tapi memang begitulah kenyataannya. Hal ini sangat berbahaya bagi kesehatan tubuh terutama mata. Karena demi pekerjaan/mencari nafkah; dengan memanfaatkan komputer, hal ini menjadi semacam dilema

6. Jelaskan komplikasi pada gangguan penglihatan!
Jawab :
A. Konjungstivitis
1. Komplikasi pada konjungstivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
2. Komplikasi pada konjungstivitis purulenta adalah seringnya berupa ulkus kornea
3. Komplikasi pada konjungstivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea dapat mengganggu penglihatan orang menjadi buta
4. Komplikasi konjungstivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat mengganggu pengelihatan.
5. Infeksi bakteritertentu(gonore,beberapa jenis konjungtivitis klamidia) dan infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan permanen pada mata jika tidak terobati
6. Benda asing di mata dapat menyebabkan abrasi kornea dan pembentukan jaringan parut
7. Konjungtivitis dapat menjadi gejala awal penyakit sistemik berat,yaitu penyakit kawasaki.penyakit ini adalah salah satu vaskulitis yang tersebar luas yang mempengaruhi banyak organ tubuh, termasuk jantung, otak, sendi, hati dan mata. Penyakit ini dimulai secara akut dengan demam tinggi,yang diikuti secara singkatdengan konjungtivitis bilateral yang signifikan karena tidak adanya rabas dan prosesnya yang lama. Ruam dan pembengkakan tanagan dan kaki menyertai gejala awal ini. Diagnosis dini penting untuk mencegah kerusakan pada arteri koroner. Terapi untuk penyakit kawasaki mencakup penggunaan aspirin dan globulin gama.
B. Komplikasi keratitis
1. Hipopion
2. Perforasi kornea
C. Komplikasi uveitis
1. Katarak
2. Retinitis proliferans
3. Ablasi retina
4. Glaukoma sekunder, yang dapat terjadi pada stadium dini dan juga pada stadium lanjut
(dr. Nana Wijana, 1993)
D. Komplikasi Glaucoma
1. Kebutaan dapat terjadi pada semua jenis glaucoma. Glaucoma penutupan sudut akut adalah suatu kedaruratan medis
2. Agen-agen topical yang digunakan untuk mengobati glaucoma dapat memberikan efek sistemik terutama pada lansia. Efek ini dapat berupa perburukan kondisi jantung, pernapasan dan neurologis.
E. Katarak
1. Gangguan penglihatan dapat terjadi jika tidak diobati

7. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis pengobatan pada klien dengan gangguan penglihatan!
Jawab :
CMV adalah penyakit mata yang paling parah disebabkan oleh virus sitomegalia. Cara terbaik untuk mengobati masalah penglihatan yang disebabkan oleh infeksi oportunistik adalah dengan terapi antiretroviral. Jika sistem kekebalan tubuh menjadi pulih, infeksi tersebut sering hilang tanpa pengobatan lain. Namun, kerusakan pada retina akibat CMV adalah permanen dan tidak dapat dipulihkan. Kehilangan penglihatan akibatnya tidak dapat diperbaiki dengan kacamata.
Treatment CMV:
Tujuan pengobatan anti-CMV adalah agar mencegah kerusakan menjadi lebih buruk. Obat misalnya gansiklovir, foskarnet dan sidofovir dapat memperlambat atau mencegah perluasan kerusakan. Obat ini dapat dipakai dengan beberapa cara, termasuk infus intravena, suntikan langsung ke mata, implant (tanam) dalam mata. Jika masalah penglihatan disebabkan oleh infeksi lain, pengobatan yang cocok untuk melawan infeksi dipakai. Misalnya, untuk herpes diberikan obat antiviral, untuk tokso diberikan antibiotik.
Obat antivirus
1. Asikloguanosin (salep 3%) (asiklovir, Zovirax), digunakan lima kali sehari. Obat ini lebih manjur dibandingkan idoksuridin dan arabinosid adenin dan sama efektif seperti trifluorotimidin. Asiklovir berbeda dari agen antivirus lain pada keadaan tersebut bekerja secara khusus pada virus – menginfeksi sel yang menghambat thymidine kinase virus. Karena obat tersebut relatif tidak toksik, bahkan ketika diberikan lebih dari 60 hari, obat ini secara khusus cocok sebagai antivirus menggantikan steroid dalam manajemen keratitis disiformis, yang menuntut pengobatan jangka panjang dibanding ulkus dendritik. Asiklovir mampu menembus stroma dan epitel kornea yang intak, mencapai level terapi pada humor akueus, tidak seperti agen antivirus lain sekarang ini. Obat ini mungkin juga memainkan peranan penting pada pengobatan keratitis herpetik.(6,7)
2. Trifluorotimidin (obat tetes 1%) digunakan setiap 2 jam sepanjang hari. Seperti asiklovir, obat ini menyembuhkan 95% ulkus dendritik dalam 2 minggu. Obat ini tidak menunjukkan resistensi-silang dengan obat-obatan lain dan memiliki sedikit kecenderungan untuk menghasilkan strain resisten. Namun bagaimanapun, obat ini lebih toksik untuk epitel kornea dan konjungtiva dibandingkan asiklovir.(6,7)
3. Arabinosid adenin (salep 3%, obat tetes 0,1%) digunakan terutama pada kejadian resistensi pada asiklovir dan trifluorotimidin yang jarang.(6,7)
4. Idoksuridin (salep 0,5%, obat tetes 0,1%) sekarang sudah jarang digunakan karena munculnya strain resisten dan toksisitas.(6,7)
5. Bromovinildeoksiuridin (salep 1%, obat tetes 0,1%) adalah obat baru, antivirus yang menjanjikan dan semanjur trifluorotimidin.(6)

Uveitis adalah radang pada lapisan dalam mata menyebabkan kemerahan dan rasa sakit pada mata serta penglihatan kabur. Ini dapat disebabkan oleh toksoplasmosis atau rifabutin (obat anti-MAC), terutama jika kita pakai obat lain yang meningkatkan tingkat rifabutin yaitu obat yang digunakan untuk profilaksis dan terapi dari infeksi M. avium complex (MAC) pada pasien dengan sistem-imun menurun,dalam aliran darah serta dapat menimbulkan artritis dan artralgia. Uveitis diobati dengan berhenti pemakaian rifabutin, atau mengurangi dosisnya. Gejala dapat dikurangi dengan pengobatan antiradang seperti penggunaan obat kortikosteroid.
Treatment uveitis:
1. anterior akut
 pupil harus didilatasi dengan midriatikum untuk mencegah terjadinya sinekia
 inflamasi dapat diatasi dengan kortikosteroid dalam bentuk obat tetes, salep, atau suntikan subkonjungtiva.
2. anterior kronik
 midriatikum dan steroid
 glukoma sekunder diobati dengan acetozalomide
 pembedahan mungkin perlu bila daerah pupil yang meletak pada lensa cukup luas.
3. keroiditis
 obat inflamasi dengan kortikosteroid
 bila macula terkena merupakan keadaan gawat yang perlu diberikan kortikosteroid sistemik dosis tinggi
 antibiotic harus diberikan bila terdapat infeksi bakteri.
 Bila terdapat kecurigaan toksoplasmosis berikan pyrimethamine

Glukoma bertekanan normal adalah suatu keadaan dimana terjadi kerusakan yang progesif pada syaraf optikus yang membawa impuls ke retina menuju otak dan kehilangan lapang pandangan meskipun tekanan bola mata normal
Treatment glukoma:
Ketika tanda dan gejala sudah muncul segera lakukan pemeriksaan dengan menggunakan berupa tanometer. Penangananya berupa :
 Tetes mata : cara ini merupakan cara umum dan sering dan harus dilakukan, sebagian klien dapat mendaptkan respon yang bagus dari obat namun beberapa juga tidak ada respon pemberian obat harus sesuai dengan tipe glaukoma.
 Bedah laser : (trabukulopasty) ini dilakukan jika obat tetes mata tidak menghentikan glaukoma. Walaupun sudah dilaser obat harus diberikan.
 Pembedahan (trabekulectomy) sebuah saluran dibuat untuk memungkinkan cairan keluar, tindakan ini dapat menyelamatkan sisa penglihtan yang ada.


Obat yang diperlukan:
a. Pilocarpine atau timololmalat Yaitu untuk mencegah keparahan glaukoma dan menurunkan produk cairan yang yang menyebabkan gangguan pulmo dan detak jantung menurun. Betaxolol ( betotik) direkomendasi bagi klien yang menderita asma atau eapisima, pilocarpine menyebabkan miosis (kontriksi ) pupil tetapi mempu menormalkan tekanan boal mata, obat lain seperti : Brimohidrine, untuk menurinkan aquous humor.
b. Oral karbonik anhydrase inhibitor seperti acitamolamide (diamox ) yaitu untuk mengurangi cairan., obat ini menyebabkan depresi, fatique latorgy.

Katarak adalah tertutupnya lensa mata sehingga pencahayaan da fokusing terganggu (retina) katarak terjadi pada semua umur namun yang sering terjadi pada usia > 55 tahun.
Treatment katarak:
Penanganan yang dapat dilakukan adalah pembedahan untuk memperbaiki lensa mata yang rusak pembedahan dilakukan bila katarak sudah mengganggu aktifitas namun bila tidak mengganngu tidak perlu dilakukan pembedahan.
ARMD (Age Related Macular Degeneration ) terjadi pad usia 50-65 tahun dibeberapa kasus ini mengalami peningkatan makula berada dibelakang lensa sedangkan makula sendiri berfungsi untuk ketajaman penglihatan dan penglihatan warna, kerusakan makula akan menyebabkan sesorang mengalami gangguan pemusatan penglihatan.
Treatment ARMD:
Beberapa kasus dalam ARMD dapat dilakukan dengan tembok laser (apabila kondisi tidak terlalu parah) pelaksanaan dalam keperawatan adalah membantu aktifitas sehari-harinya, membantu perawatan diri dan memberikan pendidikan tentang ARMD.
Anti-oksidan Pelindung Mata:
Lutein adalah salah satu jenis karotenoid yang merupakan senyawa berbentuk kristal padat dan berwarna kuning yang banyak terdapatpada sayuran berwarna hijau. Lutein dan zeaxanthin terbanyak menyumbang keragaman kerapatan pigmen macular. Hal tersebut menunjukkan bahwa lutein dan zeaxanthin merupakan determinan utama kerapatan pigmen optik macular. bahwa lutein mencegah kerusakan retina akibat cahaya biru dengan cara menyerap cahaya tersebut dan mencegah foto-oksidasi.
Suplemen lutein dapat membantu mencegah perkembangan AMD pada pasien yang menderita AMD, membuktikan bahwa AMD adalah penyakit yang responsif terhadap makanan. Johanna Seddon dari Universitas Harvard, melalui studi pengaruh konsumsi karotenoid spesifik terhadap prevalensi AMD, mengungkapkan bahwa asupan 6 mg lutein per hari berkorelasi kuat dengan prevalensi AMD yang rendah. Seddon menyatakan bahwa mengonsumsi makanan yang mengandung lutein yang tinggi dapat menurunkan risiko AMD serta dapat mencegah terjadinya katarak.
Retinopati diabetik merupakan salah satu komplikasi serius diabetes, berupa kerusakan pembuluh darah kapiler pada jaringan yang berfungsi sebagai sensor cahaya (retina).
Treatment retinopati:
Hal pertama dan penting untuk pengobatan adalah mengontrol kadar gula darah sehingga tetap berada dalam rentang nilai normal. Dengan demikian, keparahan penyakit dapat dihindari.
Pada retinopati yang mengalami perdarahan dapat dilakukan focal laser treatment untuk menghentikannya. Selain itu, terapi laser lain seperti scatter laser treatment dapat membantu mengecilkan pembuluh darah yang baru terbentuk. Jika perdarahan banyak, dapat dilakukan operasi untuk membuang darah tersebut. Tindakan ini disebut vitrektomi.
Papilloedema adalah suatu pembengkakan yang bersifat non-inflamasi dari pada diskus optikus, dimana biasanya merupakan akibat dari kelainan yang letaknya di dalam tengkorak (cranium), orbita dan badan pada umumnya.
Treatment papilloedema:
Pengobatan selalu ditujukan pada penyebabnya yaitu dengan menurunkan tekanan intra kranial oleh seorang dokter saraf atau bedah otak. Bilamana hypertensi yang menjadi faktor penyebab, maka tekanan darah harus diturunkan dengan obat-obatan oleh seorang ahli penyakit dalam. Setelah penyebab papillocdema tclah dihilangkan, maka papilloedema akan mereda dengan batas papil mulai jelas kcmbali bahkan kadang-kadang tanpa meninggalkan bekas.
Papilitis (Neuritis Optikus) adalah peradangan pada ujung saraf optik yang masuk ke dalam mata. Palpitis bisa terjadi akibat berbagai keadaan, meskipun penyebabnya yang pasti tidak dapat ditentukan. Pada penderita yang berusia diatas 60 tahun, penyebabnya adalah arteritis temporalis.
Treatment papiliitis:
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya. Kortikosteroid sering diberikan sebagai pengobatan awal.
Neuritis Retrobulber adalah peradangan pada bagian dari saraf optikus yang terletak tepat di belakang mata.
Treatment neuritis retrobulber:
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya dan biasanya diberikan kortikosteroid.
Ulkus dendritik merupakan lesi paling khas pada keratitis herpes simpleks. Ulkus ini terjadi pada epitel kornea, memiliki pola percabangan linear khas dengan tepian kabur, memiliki bulbus-bulbus terminalis pada ujungnya.
Treatment ulkus dendritik:
Debridemen merupakan cara efektif untuk mengobati ulkus dendritik, khususnya ketika dikombinasikan dengan antivirus, namun tidak tepat untuk ulkus geografik. Sejak kemunculan agen antivirus, bentuk terapi ini umumnya telah dibolehkan kembali untuk kasus resistensi, tidak cocok dan kasus alergi terhadap agen antivirus dan tidak tersedianya obat antivirus. Pengangkatan virus termasuk melindungi sel sehat yang berdekatan dari infeksi dan mengeliminasi stimulus antigen pada peradangan stroma. Permukaan kornea dihapus dengan kapas steril 2 mm melewati batas ulkus karena patologi meluas melewati dendrit. Agen antivirus harus diberikan setelah debridemen. Ada kemungkinan 1 dari 4 kasus serangan kedua herpes dalam 6 tahun setelah episode awal. Jika serangan kedua muncul, resiko rekurensi berikutnya dalam 2 tahun meningkat sekitar 50%.

Gangguan Refraksi
Miopi adalah penglihatan jauh terganggu (tidak jelas).
Treatment miopi:
Miopi dapat dibantu dengan menggunakan lensa cekung baik dalam bentuk kacamata maupun lensa kontak.
Hipermetropi adalah penglihatan dekat terganggu (tidak jelas).
Treatment hipermetropi:
Hipermetropi dapat dibantu dengan lensa cembung. Sedangkan bagi orang tua memerlukan koreksi presbiopi tambahan untuk pekerjaan jarak dekat.
Nonfarmakologi
- Terapi kompres hangat 10-15 menit selama 3 atau 4 kali sehari
- Pemijatan dan pengeluaran sekresi
- Memplester kelopak mata atau membalut dengan ringan yang telah diberikan pelumas atau salep
- Pembedahan : bedah laser, trabelculektomi
- Transplantasi
- Menggunakan lensa : cembung, cekung, ganda

8. Buatlah askep salah satu gangguan penglihatan!
Jawab :
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GLAUKOMA
A. DEFINISI
Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.(Sidarta Ilyas,2000). Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)
B. ETIOLOGI
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
1. Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
C. KLASIFIKASI
1. Glaukoma primer
a. Glaukoma sudut terbuka
Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit)
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.
2. Glaukoma sekunder
Dapat terjadi dari peradangan mata, perubahan pembuluh darah dan trauma. Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab.
• Perubahan lensa
• Kelainan uvea
• Trauma
• bedah
3. Glaukoma kongenital
a. Primer atau infantil
b. Menyertai kelainan kongenital lainnya
4. Glaukoma absolut
Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.
Berdasarkan lamanya :
1. GLAUKOMA AKUT
a. Definisi
Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.
b. Etiologi
Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih.
c. Faktor Predisposisi
Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obat-obatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema, luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler.
d. Manifestasi klinik
1. Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala .
2. Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut.
3. Tajam penglihatan sangat menurun.
4. Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat.
5. Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar.
6. Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh.
7. Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea.
8. Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat.
9. Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat kekeruhan media penglihatan.
10. Tekanan bola mata sangat tinggi.
11. Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.
e. Pemeriksaan Penunjang
Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang.
f. Penatalaksanaan
Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300-500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah pengobatan medikamentosa.




2. GLAUKOMA KRONIK
a. Definisi
Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen.
b. Etiologi
Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif.
c. Manifestasi klinik
Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur.
e. Penatalaksanaan
Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.
D. ASUHAN KEPERAWATAN
1). Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat : Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / Cairan : Mual, muntah (glaukoma akut)
c. Neurosensori : Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan.Tanda:Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata.
d. Nyeri / Kenyamanan : Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis)
Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut).
e. Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler.
Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin.

2). Pemeriksaan Diagnostik
(1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.
(2) Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma.
(3) Pengukuran tonografi : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg)
(4) Pengukuran gonioskopi :Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma.
(5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.
(6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma.
(7) Darah lengkap, LED :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi.
(8) EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid: Memastikan aterosklerosisi,PAK.
(9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.
3). Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
a. Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual da muntah.
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
• pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri
• pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
• ekspresi wajah rileks
Intervensi :
• kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
• kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik
• anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang
• atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman.
• Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO
• Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan
• Berikan analgesik sesuai anjuran
b. Gangguan persepsi sensori : penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif.
Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal
Kriteria Hasil:
• Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan
• Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut.
Intervensi :
• Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan
• Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan / kemungkinan kehilangan penglihatan
• Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis
• Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.
• Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi
c. Ansitas b. d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup.
Tujuan : Cemas hilang atau berkurang
Kriteria Hasil:
• Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi.
• Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
• Pasien menggunakan sumber secara efektif
Intervensi :
• Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
• Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan.
• Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan.
• Identifikasi sumber/orang yang menolong.
d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah.
Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.
Kriteria Hasil:
• pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan.
• Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit
• Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan.
Intervensi :
• Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi,
• Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata.
• Izinkan pasien mengulang tindakan.
• Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal.
• Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll.
• Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup
• Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
• Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat.
• Tekankan pemeriksaan rutin.
• Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Katarak
A. Pengertian
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998). Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasl.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
3. Katarak komplikata.
4. Katarak traumatik.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
• katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
• katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
• katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
• katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
B. Penyebab
Penyebab terjadinya kekeruhan lensa ini dapat :
2. Primer, berdasarkan gangguan perkernbangan dan metabalisme dasar lensa
3. Sekunder, akibat tindakan pembedahan lensa,
4. Komplikasi penyakit lokal ataupun umum.
C. Patogenesa
Pasien dengan katarak dini akan menimbulkan keluhan penglihatan seperti meiihat di belakang tabir kabut atau asap, akibat terganggu oleh lensa yang keruh. Keluhan penderita akan bertambah bila pasien melihat benda dengan melawan arah sumber cahaya atau menghadap ke arah pintu yang terang. Hal ini diakibatkan pupil menjadi kecil yang akan menambah gangguan penglihatan. Kadang-kadang pasien mengeluh rasa silau, hal ini diakibatkan karena terjadi¬nya pembiasan tidak teratur oleh lensa yang keruh. Pasien katarak akan merasa kurang silau bila memakai kacamata berwarna sedikit gelap.
Penglihatan penderita akan berkurang perlahan-lahan. Mata tidak merah atau tenang tanpa tanda-tanda radang. Reaksi pupil normal karena fungsi retina masih baik. Pada pupil terdapat bercak putih atau apa yang disebut sebagai leukokoria. Bila proses berjalan progresif, maka makin nyata terlihat kekeruhan pupil ini. Untuk melihat kelainan lensa yang keruh sebaiknya pupill dilebarkan sehingga dapat didiferensiasi lokalisasi lensa yang terkena karena bentuknya dapat berupa : katarak kortikal anterior, katarak kortikal posterior, katarak nuklear, katarak subkapsular, dan katarak total.
Akibat kekeruhan lensa ini, maka fundus sukar terlihat. Bila pada katarak kongenital fundus sukar dilihat, maka perkembangan penglihatan akan terganggu atau akan terjadi ambliopia.
a. Katarak kongenital
Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa. Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa: Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi IahIr sampai berusia 1 tahun. Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen.
Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih). Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia tinggi di samping katarak sendiri.
Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa masih muda dah berkonsistensi cair. Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear. Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-anopsia. Pasca ¬bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah menjadi afakia.


b. Katarak juvenil
Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun dapat terjadi karena lanjutan katarak kongenital yang makin nyata, penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan miotowa distrofi,'yang mengenai kedua mata dan akibat trauma tumpul.
Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
c. Katarak senil
Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat. Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda. Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
Tabel Perbedaan stadium katarak senil
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Besar Iensa Normal Lebih besar Normal Kecil
Cairan lensa Normal 8ertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air + masa
Lensa ke luar)
Iris Normal Terdarong Normal Trcmulans
Bilik mata depan depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit -- Glaukoma - ' Uveitis
' Glaukoma


Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan. Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur. Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa karena proses penuaan.
Katarak senil dapat dibagi dalarn 4 stadium, yaitu :
1. Stadium insipien, di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya. Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga akan terlihat biiik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalarn posisi biasa disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
2. Stadium imatur, di mana pada stadium ini lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalarn lensa sehingga lensa menjadi cembung. Pada stadium ini, terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Pada stadium ini dapat terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung, sehingga pasien menyatakan tidak perlu kacamata sewaktu membaca dekat. Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, biiik mata dangkal dan sudut bilik mata akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada lensa. Uji bayangan iris positif.
3. Stadium matur, merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium terjadi kekeruhan seluruh lensa. Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali. Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif.
4. Stadium hipermatur, di mana pada stadium ini terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni). Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan. Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka. Pada uji bayangan iris tertihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium ini disebut uji bayangan iris pseudopositif. Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan tirnbul reaksi jaringan uvea berupa uveitis. Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul glaukoma fakolitik.
d. Katarak traumatik
Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat trauma tumpul atau trauma tajam yang menembus kapsul anterior. Tindakan bedah pada katarak traumatik dilakukan setelah mata tenang akibat trauma tersebut. Bila pecahnya kapsul mengakibatkan gejala radang berat, maka dilakukan aspirasi secepatnya.

e. Katarak komplikata
Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata.
f. Katarak sekunder
Pada tindakan bedah lensa dimana terjadi reaksi radang yang berakhir dengan terbentuknya jaringan fibrosis sisa lensa yang tertinggal maka keadaan ini disebut sebagai katarak sekunder. Tindakan bedah yang dapat menimbulkan katarak sekunder adalah sisa disisio lentis, ekstraksi linear dan ekstraksi lensa ekstrakpsular. Pada katarak sekunder yang menghambat masuknya sinar ke dalam bola mata atau mengakibatkan turunnya tajam penglihatan maka dilakukan disisio lentis sekunder atau kapsulotomi pada katarak sekunder tersebut.
D. Manajemen medis
1. Pembedahan
Metoda yang paling populer dalam mengeluarkan katarak adalah ECCC (extracapsular cataract extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular.
2. Koreksi lensa
Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu menggantikannya, yaitu dengan lensa intraokular. Ini yang paling sering. Sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kaca katarakt atau lensa kontak (contact lens).
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.

2. Neuro sensori
Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Perubahan kaca mata atau pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Pupil nampak kecoklatan atau putih susu dan peningkatan air mata.
3. Pengetahuan
Pemahaman tentang katarak, kecemasan.
4. Pemeriksaan diagnostic : Optotip Snellen, Oftalmoskopi, Slitlamp biomikroskopi.
B. Diagnosa keperawatan
1. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang pandangan
2. Resiko tinggi injury berhubungan dengan meningkatnya tekanan intraokuler, kehilangan vitreous humor
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pre dan post operasi, perawatan diri di rumah brhubungan dengan kurang terpapar akan informasi
4. Gangguan sensori : visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau transmisi.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan prosedur invasif (ekstraksi katarak).


C. Rencana intervensi
No Diagnosa Keperawatan P e r e n c a n a a n
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Kurang pengetahuan tentang kondisi, pembedahan, perawatan pre dan post operasi, perawatan diri di rumah berhubungan dengan kurang terpapar akan informasi
Pengetahuan akan meningkat dengan kriteria mampu menjelaskan katarak dan gejala – gejala dasar, menjelaskan perawatan pre dan post operasi serta perawatan diri di rumah. 1. Jelaskan tentang mata dan peran lensa bagi penglihatan.
2. Ajarkan tentang rutin preoperasi

3. Jelaskan kepada pasien aktivitas yang diijinkan pada postoperasi
4. Demonstrasikan teknik bersihkan mata yaitu dari kantus dalam ke luar menggunakan kapas bersih.
5. Anjurkan pasien untuk segera lapor dokter bila ada keluhan - keluhan Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
Meningkatkan pemahaman dan kooperasi pasien
Kegiatan – kegiatan yang bisa meningkatkan TIO dapat dihindari
Teknik yang baik mengurangi resiko penyebaran bakteri di mata

Memerlukan penanganan yang segera
2. Cemas berhubungan dengan prosedur pembedahan dan kemungkinan hilang pandangan
Kecemasan berkurang dengan kriteria tanda – tanda cemas berkurang, mengungkap perasaan secara verbal dan rileks 1. Berikan pasien suatu kemungkinan untuk mengeksplorasikan perhatian tentang kemungkinan hilang penglihatan
2. Eksplorasikan pemahaman tentang katarak, kejadian pre dan post operasi, koreksi beberapa misunderstanding dan jawab pertanyaan dengan sabar. Meberitahukan bisa membantu mengurangi kecemasan dan mengidentifikasi ketakutan spesifik

Informasi mengurangi ketidakpastian dan membantu pasien meningkatkan kontrol dan merasa kecemasan berkurang
3. Resiko tinggi injury berhubungan dengan meningkatnya tekanan intraokuler, kehilangan vitreous humor
Tidak terjadi injury dengan kriteria hasil pasien mampu menjelaskan faktor – faktor yang meningkatkan injury, menunjukkan perilaku melindungi diri dari injury. 1. Diskusikan masalah pos operasi seperti nyeri, pembatasan aktivitas
2. Pertahankan tempat tidur lebih rendah dan dipasang rail
3. Bantu pasien saat bangun pertama kali setelah pembedahan
4. Anjurkan untuk hindari bersin, batuk, muntah dan tegang
5. Beri anti batuk dan anti muntah sesuai order
6. Anjurkan pasien untuk menggunakan penutup mata dan menggunakan nap selama 6 minggu post operasi
7. Observasi chamber anteriore, pupil atau pembengkakan pada luka

8. Anjurkan pasien untuk tidak menekan mata bila merawat mata Informasi meningkatkan kooperasi

Mempertahankan keamanan pasin

Mempertahankan kealaman pasien

Membantu mencegah meningkatnya tekanan intra okuler
Mengontrol batuk dan muntah

Mencegah kecelakaan pada mata


Melihat tanda – tanda rupturnya luka, prolaps iris karena penenakan pada mata
Tekanan eksternal dapat meningkatkan tekanan intra okuler
4. Gangguan sensori : visual berhubungan dengan gangguan penerimaan sensori atau transmisi.
Gangguan sensori dirasakan minimal dengan kriteria pasien memahami bahwa gangguan persepsi sensori normal akan terjadi 1. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik sekitarnya, bunyi dan pendengarannya.
2. Pendekatan pada sisi yang tidak dioperasi
3. Jelaskan bahwa pandangan tidak akan normal sampai luka sembuh dan bila perlu menggunakan kacamata Memberikan kenyamanan dan familier pada pasien

Bantuan orientasi

Meningkatkan kesadaran akan gangguan sensori yang terjadi
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan prosedur invasif (ekstraksi katarak).
Tidak terjadi infeksi dengan kriteria tidak ada tanda – tanda infeksi seperti menggigil, demam. 1. Observasi tanda dan gejala infeksi
2. Gunakan teknik steril saat merawat mata dan mengganti balutan
3. Atur antibiotik atau steroid tetes sesuai order
4. Hindari untuk tidak menyentuh atau atau menekan mata yang dioperasi Sebagai deteksi dini
Mengurangi kemungkinan adanya kuman patogen
Membantu mencegah infeksi

Mencegah kontaminasi dan kerusakan tempat operasi

Daftar Pustaka
Corwin Elizabeth.2009.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC
Panduan dianosa keperawatan NANDA
Petunjuk praktikum fisiologi I. Tim pengajar fisiologi. 2005. Stikes Aisyiyah Yogyakarta,
Roach sally. Introduktory gerontological Nursing. 2001. Lippinctt: New York
wahyudi, Nugroho, Keperawatan Gerontik. 2000. EGC : Jakarta.
http://ummuazka.multiply.com/journal/item/98
http: // www.Doktertetanus.WordPress.Com
http: // www.Doktertetanus.pjnkk.go.id /content.view/249/3
http: // www.pfizer peduli . com / artcel _ detail . aspex. Id : 21





















LAMPIRAN

Gb. 1 Ablasio retina


Gb. 2 Blefaritis


Gb. 3 Section Retina

Gb. 4 Katarak


Gb. 5 Uveitis


Gb. 6 Glaukoma

0 komentar:


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Bands. Powered by Blogger