Minggu, 07 Maret 2010

tutorial gatal

1. Anatomi dan fisiologi kulit
Struktur Anatomi Kulit
Kulit merupakan organ yang paling besar pada tubuh manusia dan terletak paling luar sehingga mudah terkena atau terkontaminasi oleh mikroorganisme.
Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerapoksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu, komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit, tekanan gas di dalam darah kulit, penyakit-penyakit kulit, usia, keadaan vitamin dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan kimia pada kulit. Sifat-sifat anatomis dan fisiologis kulit di berbagai daerah tubuh sangat berbeda. Sifat-sifat anatomis yang khas, berhubungan erat dengan tuntutan-tuntutan faali yang berbeda di masing-masing daerah tubuh, seperti halnya kulit di telapak tangan, telapak kaki, kelopak mata, ketiak dan bagian lainnya merupakan pencerminan penyesuaiannya kepada fungsinya masing - masing. Kulit di daerah – daerah tersebut berbeda ketebalannya, keeratan hubungannya dengan lapisan bagian dalam, dan berbeda pula dalam jenis serta banyaknya andeksa yang ada di dalam lapisan kulitnya. Pada permukaan kulit terlihat adanya alur-alur atau garis-garis halus yang membentuk pola yang berbeda di berbagai daerah tubuh serta bersifat khas bagi setiap orang, seperti yang ada pada jari-jari tangan, telapak tangan dan telapak kaki atau dikenal dengan pola sidik jari (dermatoglifi).
Secara mikroskopis, struktur kulit terdiri dari 3 lapisan, yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis.


LAPISAN EPIDERMIS
Lapisan epidermis adalah lapisan paling atas yang tidak mengandung pembuluh darah dan saraf, sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.Lapisan epidermis terdiri dari beberapa bagian yaitu:
a. Stratum korneum, lapisan tanduk terdiri atas sel gepeng yang mati dan tidak berinti. 20-25 lapis sel tanduk tanpa inti. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan waktu sekitar 45 - 50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapislapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
b. Stratum lusidum, lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin
c. Stratum granulosum, lapisan yang mempunyai fungsi pembentukan protein dan ikatan kimia stratum korneum
d. Stratumspinosum (stratum Malpighi), lapisan yang mengalami proses mitosis
e. Stratum basale, lapisan epidermis paling bawah. Terdiri atas sel berbentuk kubus yang mengalami proses mitosis dan berfungsi reproduktif. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit. Dalam stratum basale terdapat melanosit. Di dalam melanosit, disintesis granula-granula pigmen yang disebut melanin. Jumlah melanin dalam keratinosit menentukan warna kulit seseorang. Peningkatan melanosom menjadi melanin menjadikan warna kulit lebih gelap. Paparan sinar matahari yang sering pada kulit wajah menyebabkan produksi melanin makin meningkat dan sel-sel melanocyt yang memproduksi melanin menggandakan diri lebih cepat yang sebenarnya bertujuan melindungi sel kulit dari kerusakan tapi menjadikan warna kulit lebih gelap dan terbentuk flek. Disinilah sangat diperlukan pemakaian sunscreen yang tepat, mempunyai daya kerja bertahan lama dilapisan tanduk/stratum corneum dan mempunyai efek depo yang lama (mampu menahan zat aktif lebih lama dikulit dan dikeluarkan secara perlahan-lahan sesuai kebutuhan saat aktivitas kita yang lama dibawah matahari) serta mampu memantulkan kembali radiasi sinar matahari dengan kandungan SPF yang sesuai (gambar dibawah dengan jelas menunjukkan perbandingan antara kulit yang terlindung dari matahari mis : pemakaian sunscreen yang tepat dengan kulit yang terpapar matahari menyebabkan warna kulit lebih gelap dan terjadi kerusakan sel-sel kulit)

Jumlah produksi melanin secara genetik di turunkan dari orang tua, pada orang albino terdapat gangguan genetik di mana enzim untuk memproduksi melanin tidak di wariskan dari orang tua pada anaknya sehingga keturunannya berwarna putih atau bule. Penyebab lainnya terbentuk flek (bila berukuran kecil) atau melasma (bila berukuran besar) selain dari paparan sinar matahari, adalah pengaruh hormonal, contoh yang paling gampang terlihat pada sebagian besar ibu-ibu hamil di mana saat kehamilan plasenta yang kita kenal dengan tali pusat juga menghasilkan melanocyte-stimulating hormone yaitu hormon yang merangsang pembentukan melanin, menyebabkan kulit berwarna lebih gelap dan terbentuk flek yang melebar di pipi, bila tidak dilakukan perawatan maka melasma ini tidak akan sembuh bahkan bisa semakin melebar. Faktor berikutnya yang menyebabkan timbul flek diwajah adalah : penggunaan obat kontrasepsi, konsumsi obat-obat antibiotik, obat antiepilepsi dan obat antiperadangan dalam waktu yang lama juga dapat memicu aktivitas hormon melanocyt. Bisa juga akibat sering mencuci muka dengan air dingin setelah terkena sengatan matahari dimana saat aktivitas tersebut dilakukan terjadi perubahan suhu dari panas ke dingin secara tiba-tiba membuat kulit ‘kaget’ (ibaratnya sedang panas langsung tersiram air dingin maka sel seperti terbakar dan rusak) Setelah 3-7 hari maka timbullah titik-titik hitam tersebut. Penuaan juga menjadi penyebab munculnya flek bukan hanya pada kulit wajah tapi juga pada kulit seluruh tubuh, karena dengan menua sel kulit kita dan sel-sel tubuh yang lain berkurang kemampuannya dalam membuang atau mengeluarkan sisa hasil metabolisme, padahal setiap hari sel memproduksi sisa hasil metabolisme, akibatnya sisa metabolisme akan menumpuk di dalam kulit dan terlihatlah kehitam-hitaman. Selain itu penuaan juga menyebabkan gangguan hormonal salah satunya keseimbangan hormon melanin, akibatnya saat kulit terpapar matahari, maka melanin sudah tidak mampu lagi mengatur penyebaran pigmen secara merata, sehingga terjadi penumpukan secara brelebihan pada bagian tertentu, terutama di pipi. Produk pemutih umumnya berbahan dasar hidrokuinon dalam kosmetik yang menjanjikan kulit lebih putih, serta menghilangkan flek-flek, bekerja dengan cara menghambat pembentukan melanin tapi yang terjadi kemudian justru sebaliknya adalah hiperpigmentasi bila digunakan dalam jangka waktu yang lama dan saat di bawah matahari langsung mengakibatkan noda hitam dan benjolan kekuningan pada kulit yang disebut Okrosinosis bersifat permanen.
LAPISAN DERMIS
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1 - 2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel. Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit.
Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit.
Lapisan dermis terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Pars papilare. Bagian yang menonjol ke epidermis. lapisan tipis dan terdiri dari jaringan penghubung yang longgar menghubungkan lapisan epidermis kelapisan subcutis, banyak terdapat sel mast dan sel makrofag yang diperlukan untuk menghancurkan mikroorganisme yang menembus lapisan dermis, tentu saja berfungsi sebagai pelindung. Di lapisan ini juga terdapat sejumlah kecil elastin dan kolagen. Lapisan ini berbentuk gelombang yang terjulur kelapisan epidermis untuk memudahkan kiriman nutrisi kelapisan epidermis yang tidak mempunyai pembuluh darah. Berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah yang memberi nutrisi pada epidermis
2. Pars retikulare. Bagian yang menonjol kea rah subkutis. Bagian ini terdiri atas serabut kolagen, elastin, dan retikulin. Merupakan lapisan tebal dan terdiri dari jaringan penghubung padat dengan susunan yang tidak merata, disebut lapisan retikular karena banyak terdapat serat elastin dan kolagen yang sangat tebal dan saling berangkai satu sama lain menyerupai jaring-jaring. Dengan adanya serat elastin dan kolagen akan membuat kulit menjadi kuat, utuh kenyal dan meregang dengan baik.
Komponen dari lapisan ini berisi banyak struktur khusus yang melaksanakan fungsi kulit. Terdiri dari :
• Kelenjar sebaceous menghasilkan sebum, zat semacam lilin, asam lemak atau trigliserida bertujuan untuk melumasi permukaan kulit dikeluarkan melalui folikel rambut yang mengandung banyak lipid, pada orang yang jenis kulit berminyak maka sel kelenjar sebaseanya lebih aktif memproduksi minyak, dan bila lapisan kulitnya tertutup oleh kotoran,debu atau kosmetik menyebabkan sumbatan kelenjar sehingga terjadi pembengkakan. Kelenjar sebasea ini juga dapat berfungsi untuk proses difusi (pemindahan) kandungan bahan dalam suatu produk kelapisan lebih dalam (pada gambar dibawah terlihat kelenjar sebasea yang berwarna kuning dan disebelah kanannya terdapat kelenjar keringat)

• Eccrine sweat glands atau kelenjar keringat mengatur penguapan untuk mendinginkan tubuh saat suhu lingkungan meningkat yang kita kenal dengan keringat dan membuang sisa metolisme tubuh sebagian besar terdiri dari garam dan urea, bahkan bila kita mengalami gangguan pencernaan seperti obstipasi & konstipasi yang menyebabkan pengeluaran feces atau BAB terganggu maka tubuh akan berupaya membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui kelenjar keringat yang ada di permukaan kulit, akibatnya kulit wajah kita tidak tampak segar justru cenderung kusam. Berdasarkan kondisi inilah juga mengapa sesekali kita perlu membersihkan saluran pencernaan atau istilah yang sedang in sekarang “cuci perut” cara yang paling simpel adalah dengan rajin mengkonsumsi pepaya setiap malam hari, karena bahan dalam kandungan pepaya dapat mengangkat dan membersihkan kotoran-kotoran yang mungkin sudah bertahun-tahun menempel dan menjadi kerak divili-vili usus yang menganggu proses penyerapan makanan, wah…ternyata pencernaan ada hubungan yang kuat ya dengan wajah kita. Kembali lagi ke produksi kelenjar keringat rata-rata 10 liter perhari keringat di produksi oleh tubuh dan dikeluarkan melalui 2-3 juta pori-pori yang ada dipermukaan tubuh.
• Pembuluh darah Dilapisan dermis sangat kaya dengan pembuluh darah yang memberi nutrisi penting untuk kulit, baik vitamin, oksigen maupun zat-zat penting lainnya untuk metabolisme sel kulit, selain itu pembuluh darah juga bertugas mengatur suhu tubuh melalui mekanisme proses pelebaran atau dilatasi pembuluh darah bila kita berada dilingkungan yang hangat, agar tubuh dapat kehilangan panas, bayangkan bila anda berada dilingkungan yang panas bersuhu 35˚C padahal hasil metabolisme tubuh anda sendiri dapat menghasilkan panas sampai dengan 37˚, bila tidak ada mekanisme pengaturan oleh pembuluh darah sudah pasti kita akan terbakar. Sebaliknya bila kita berada dilingkungan dingin maka pembuluh darah akan mengerut atau vasokonstriksi, sehingga panas tubuh tidak keluar atau untuk menahan panas, dan tentu saja membuat kita tetap bertahan dicuaca dingin. Sering sekali pembuluh darah yang ada dilapisan dermis mengalami gangguan atau hambatan hal ini tentu saja sangat berpengaruh terhadap suplay nutrisi untuk sel kulit dan pasti akan mempengaruhi regenerasi sel kulit, pemilihan produk perawatan wajah dan kosmetik yang paling baik harus mempunyai kemampuan menembus lapisan kulit sampai kelapisan dermis, karena disinilah banyak pembuluh darah yang memberi nutrisi dan menjaga keseimbangan proses regenerasi kulit, bila kosmetik hanya mampu bekerja dilapisan epidermis maka itu tidak banyak memperbaiki keadaan kulit wajah, karena bekerja dilapisan sel kulit mati yang sudah pasti akan terangkat dalam hitungan hari sehingga dengan cepat kulit wajah terlihat kembali kusam, dan jangan lupa sifat kulit terutama lapisan tanduk impermeable artinya selektif dalam memilih senyawa-senyawa tertentu untuk dapat masuk kelapisan lebih dalam, tidak semua produk perawatan wajah memiliki senyawa yang mampu menembus lapisan ini.
• Serat elastin dan kolagen, Semua bagian pada kulit harus diikat menjadi satu, dan pekerjaan ini dilakukan oleh sejenis protein yang ulet yang dinamakan kolagen. Kolagen merupakan komponen jaringan ikat yang utama dan dapat ditemukan pada berbagai jenis jaringan serta bagian tubuh yang harus diikat menjadi satu. Protein ini dihasilkan oleh sel-sel dalam jaringan ikat yang dinamakan fibroblast. Kolagen diproduksi dalam bentuk serabut yang menyusun dirinya dengan berbagai cara untuk memenuhi berbagai fungsi yang spesifik. Pada kulit serabut kolagen tersusun dengan pola rata yang saling menyilang. Kolagen merupakan protein yang paling berlimpah di dalam tubuh dan komponen utama jaringan tubuh serta tulang. Protein yang kaya silicon merupakan mineral yang membentuk molekul-molekul kompleks yang panjang dan cocok bagi bagian-bagian tubuh yang harus kuat tetapi lentur. Kolagen bekerja bersama serabut protein lainnya yang dinamakan elastin yang memberikan elastisitas pada kulit. Kedua tipe serabut ini secara bersama-sama menentukan derajat kelenturan dan tonus pada kulit. Bahan utama pembentuk kolagen adalah sulfur (sumber utama dari makanan produk pangan dari laut) dan vitamin. Apasih perbedaan serat Elastin dan kolagen, serat elastin yang membuat kulit menjadi elastin dan lentur sementara kolagen yang memperkuat jaring-jaring serat tersebut. Serat elastin dan kolagen itu sendiri akan berkurang produksinya karena penuaan sehingga kulit mengalami kehilangan kekencangan dan elastisitas kulit. Ketika kulit menjadi kurang elastis, maka kulit juga menjadi lebih kering, jaringan lemak dibawah kulit mulai berkurang, akibatnya kulit menjadi kendor. Kulit mungkin menjadi gatal ketika kulit bertambah kering. Kecepatan dan saat terjadinya proses ini pada berbeda pada seseorang bila dibandingkan dengan orang lain. Karena elastin dan kolagen berada dilapisan dermis maka produk perawatan wajah yang kita gunakan dipastikan yang mampu masuk kelapisan dermis dan mampu merangsang pembentukan elastin dan kolagen baru atau mampu memperbaiki struktur kolagen, antara lain dengan kandungan vitamin C.
• Folikel Rambut, Merupakan tempat pangkal tumbuhnya rambut
• Syaraf nyeri dan reseptor sentuh, Syaraf-syaraf yamg membuat kita peka dan dapat merasakan nyeri atau sakit bila ada sesuatu yang mencederai kulit juga syaraf-syaraf yang berfungsi memberi rasa sentuhan pada kita sehingga kita dapat merasakan panas, dingin, meraba benda dan lain-lain.
Kelenjar keringat memiliki fungsi mempertahankan suhu tubuh. Kelenjar keringat terdiri dari dua macam, yaitu ;
1. Kelenjar ekrin. Kelenjar keringat yang berukuran kecil. Terdapat pada bagian dangkal dermis dengan secret yang encer. keringat yang mengandung 95 – 97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler. Kelenjar ini langsung bermuara di permukaan kulit. Kebanyakan terdapat pada bagian dahi, tangan, kaki, dan aksila. Sekresi kelenjar ni bergantung pada beberapa faktor dan dipengaruhi oleh saraf kolinergik (misalnya : faktor suhu, metabolisme, stress emosional)
2. Kelenjar apokrin. Kelenjar yang berukuran lebih besar dari kelenjar ekrin. Terletak lebih dalam dan secret yang dihasilkan kental. Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh hormon.Dipengaruhi oleh saraf adrenergic. Terdapat pada bagian aksila, areola mammae, pubis, labia minora, dan saluran telinga luar.
Rambut manusia memiliki dua jenis rambut, yaitu :
1. Rambut lanuga dengan ciri pendek, tidak berpigmen, halus, dan akarnya di dalam dermis. Contoh : rambut pada pipi.
2. Rambut terminal dengan ciri panjang, lebih kasar, berpigmen, berkumpul di daerah tertentu, dan akarnya didalam daerah subkutis. Pertumbuhan lebih dari 1 cm per bulan. Contoh : rambut kepala.
Rambut memiliki fungsi peraba, pemelihara panas. Di bawah folikel rambut terdapat otot polos muskulus erektropili untuk mengeluarkan rambut dan juga menekan atau memeras kelenjar sebasea.
LAPISAN SUBKUTIS
Lapisan yang merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat penyimpanan energi. Jaringan lemak di seluruh tubuh tebal dan tipisnya tidak sama bergantung lokasinya.
Fisiologi Kulit
Kulit tubuh memiliki fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi proteksi. Perlindungan tubuh terhadap gangguan kimiawi, bakteri, virus, dan jamur. Seandainya tubuh tidak mempunyai kulit, betapa rentannya kita, tidak ada yang melindungi dan semua organ tubuh kita dapat berkontak langsung dengan lingkungan. Oleh karena itu, fungsi kulit untuk proteksi sangatlah penting. Fungsi kulit dapat optimal karena pH kulit berkisar 5-6,5 yang sngat menguntungkan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Kulit memiliki sifat permeable-selekti, artinya kulit hanya dapat menyerap bahan tertentu seperti gas dan zat tertentu yang larut lemak. Gangguan fisik dan mekanik ditanggulangi dengan adanya bantalan lemak subkutis, tebalnya lapisan kilit, dan serabut penunjang yang berfungsi sebagai pelindung bagian luar tubuh. Gangguan sinar UV diatasi oleh sel melanin yang menyerap sebagian sinar tersebut. Gangguan kimiawi ditanggulangi dengan adanya lemak permukaan kulit yang berasal dari kelenjar palit kulit yang mempunyai pH 5,0 – 6,5. Lemak permukaan kulit juga berperan dalam mengatasi banyak mikroba yang ingin masuk ke dalam kulit. Proses keratinisasi juga merupakan sawar mekanis karena sel-sel tanduk melepaskan diri secara teratur dan diganti oleh sel muda di bawahnya. Sawar kulit berfungsi ganda yaitu mencegah keluar atau masuknya zat yang berada di luar ke dalam tubuh atau dari dalam ke luar tubuh. Fungsi sawar kulit terutama berada di sel-sel epidermis dan kemampuan kulit sebagai sawar berbeda pada satu tempat kulit dengan tempat kulit lainnya bergantung pada kondisi epidermis di tempat tersebut. Skrotum adalah kulit dengan tinggi sawar paling rendah sehingga paling permeabel, disusul oleh kulit wajah dan punggung tangan. Sebaliknya telapak tangan dan telapak kaki adalah daerah kulit yang paling baik sawarnya sehingga hampir tidak dapat dilalui komponen apapun.
2. Fungsi ekskresi. Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolism dalam bentuk sebum dan keringat. Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam tubuh misalnya NaCl, urea, amonia, dan sedikit lemak. Kelenjar lemak. Kelenjar lemak pada fetus, atas pengaruh hormon androgen dari ibunya, akan menghasilkan sebum untuk melindungi kulitnya terhadap cairan amnion yang pada waktu lahir disebut vernix caseosa. Sebum yang diproduksi kelenjar palit kulit melindungi kulit dengan cara meminyaki kulit dan menahan penguapan yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. Produk kelenjar lemak dan keringat di permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5 – 6,5. Penguapan air dari dalam tubuh dapat pula terjadi secara difusi melaui sel-sel epidermis, tetapi karena sel epidermis baik fungsi sawarnya, maka kehilangan air melalui sel epidermis (transepidermal water loss) dapat dicegah agar tidak melebihi kebutuhan tubuh.
3. Fungsi persepsi. Kulit mengandungn ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Badan Ruffini yang terletak di dermis, menerima rangasangan dingin dan rangsangan panas diperankan oleh badan Krausse. Badan taktil Meissner yang terletak di papil dermis menerima rangsang rabaan, demikian pula badan Merkel-Renvier yang terletak di epidermis. Saraf-saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah erotik.
4. Fungsi pengaturan suhu tubuh. Kulit memiliki kemampuan vasokonstriki pada suhu dingin, kemampuan vasodilatasi pada suhu panas, serta kemampuan termoregulasi melalui evaporasi (berkeringat). Kulit melakukan peran ini dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan otot dinding pembuluh darah kulit. Pada keadaan suhu meningkat, kelenjar keringat mengeluarkan banyak keringat ke permukaan kulit dan dengan penguapan keringat tersebut terbuang pula kalori/panas tubuh. Vasokonstriksi pembuluh darah kapiler kulit menyebabkan kulit melindungi diri dari kehilangan panas pada waktu dingin. Kulit kaya akan pembuluh darah kapiler sehingga cara ini cukup efektif. Mekanisme termoregulasi ini diatur oleh sistem saraf simpatis yang mengeluarkan zat perantara asetilkolin. Dinding pembuluh darah kulit pada bayi belum berfungsi secara sempurna sehingga mekanisme termoregulasi belum berjalan dengan baik.
5. Fungsi pembentukan pigmen. Sel pembentuk pigmen kulit (melanosit) terletak di lapisan asal epidermis. Sel ini berasal dari rigi saraf, jumlahnya 1:10 dari sel basal. Jumlah melanosit serta jumlah dan besarnya melanin yang terbentuk menentukan warna kulit. Melanin dibuat dari sejenis protein, tirosin, dengan bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan oksigen oleh sel melanosit di dalam melanosom dalam badan sel melanosit. Pajanan sinar matahari mempengaruhi produksi melanin. Bila pajanan bertambah, produksi melanin akan meningkat. Pigmen disebarkan ke dalam lapisan atas sel epidermis melalui tangan-tangan yang mirip kaki cumi-cumi pada melanosit. Ke arah dermis pigmen, disebar melalui melanofag. Selain oleh pigmen, warna kulit dibentuk pula oleh tebal tipisnya kulit, Hb-reduksi, Hb-oksidasi, dan karoten.
6. Fungsi pembentukan vitamin D. Ternyata kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari. Namun produksi ini masih lebih rendah dari kebutuhan tubuh akan vitamin D sehingga diperlukan tambahan vitamin D dari luar melaui makanan.
7. Fungsi absorpsi. Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan, maupun benda padat. tetapi cairan yang mudah menguap lebih mungkin diserap kulit, begitu pula zat yang larut dalam minyak. Peremeabilitas kulit terhadap gas CO2 atau O2 mengungkapkan kemungkinan kulit mempunyai peran dalam fungsi respirasi. Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zata yang menempel di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau saluran keluar rambut.
8. Fungsi keratinisasi. Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama: keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang kuboid, bermitosis ke atas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum, terangkat lebih ke atas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel granulosum. Kemudian sel tersebut terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa inti yang disebut sel tanduksel tanduk secara kontinu lepas dari permukaan kulit dan diganti oleh sel yang terletak di bawahnya. Proses keratinisasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21 hari. Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik. Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan terlihat bersisik, tebal, dan kering.
9. Fungsi Ekspresi Emosi. Hasil gabungan fungsi yang telah disebut di atas menyebabkan kulit mampu berfungsi sebagai alat untuk mentakan emosi yang terdapat dalam jiwa manusia. Kegembiraan dpat dinyatakan oleh otot kulit muka yang relaksasi dan tersenyum, kesedihan diutarakan pleh kelenjar air mata yang meneteskan air matanya, ketegangan dengan otot kulit dan kelenjar keringat, ketakutan oleh kontraksi pembuluh darah kapiler kulit sehingga kulit menjadi pucat dan rasa erotik oleh kelenjar minyak dan pembuluh darah kulit yang melebar sehingga kulit tampak semakin merah, berminyak, dan menyebarkan bau khas.
2. Penyakit Kulit Dengan Gejala Gatal Dan Kemerahan
a. Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik atau eksema adalah peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak. Eksema dapat menyebabkan gatal yang tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur. Penyakit ini dialami sekitar 10-20% anak. Umumnya episode pertama terjadi sebelum usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak melewati masa tertentu. Sebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia 5 tahun. Sebagian kecil anak akan terus mengalami eksema hingga dewasa. Eksema tidak menular. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan, namun penanganan yang tepat akan mencegah dampak negatif penyakit ini terhadap anak yang mengalami eksema dan keluarganya.
Penyebab
Penyebab eksema tidak diketahui, namun jika salah satu atau lebih anggota keluarga mengalami eksema, asma, atau rinitis alergika, maka anak Anda memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami eksema dibanding populasi umum. Sebagian anak dengan eksema juga mengalami asma atau rinitis alergika.
Eksema dapat dipicu oleh beberapa hal, antara lain:
1. Keringnya kulit
2. Iritasi oleh sabun, detergen, pelembut pakaian, dan bahan kimia lain
3. Menciptakan kondisi yang terlalu hangat untuk anak, misalnya membungkus anak dengan pakaian berlapis-lapis
4. Alergi atau intoleransi terhadap makanan tertentu
5. Alergi terhadap tungau debu, serbuk sari tanaman, atau bulu hewan
6. Virus dan infeksi lain
7. Perjalanan ke negara dengan iklim berbeda
Tampaknya terdapat faktor herediter yang kuat dan kondisi ini kambuh sepanjang hidup. Keadaan ini juga diduga merupakan penyakit alergi. (Suatu alergi didefinisikan sebagai perubahan reaksi jaringan pada individu tertentu pada paparan terhadap bahan yang dalam jumlah yang sama, tidak menimbulkan apa-apa pada yang lain). Mekanisme yang terlibat diduga adalah sebagai berikut :
• Terdapat pembebasan histamin, suatu bahan yang kuat yang menyebabkan kontraksi otot polos, dilatasi kapiler dan penurunan tekanan darah
• Pembebasan bahan lain, misalnya, asetil kolin
• Reaksi antara alergen dan suatu antibodi
Eksema jarang timbul sebelum bulan kehidupan kedua dan ketiga dan sebagian kasus hilang secara spontan pada ulang tahun kedua dan ketiga. Lebih sering terjadi pada bayi yang diberi makanan buatan dibanding pada bayi yang diberi ASI.
Gambaran Klinik
Lesi kulit pada awalnya tampak pada pipi, dahi dan kulit kepala, tetapi juga ditemukan pada permukaan fleksor dari lengan dan tungkai. Pada akhirnya mereka menyebar pada seluruh permukaan kulit. Hal ini sangat gatal dan sebagian besar perubahan kulit timbul akibat menggaruk, menggosok dan ekskoriasi. Penilaian eksema harus dilakukan oleh tenaga medis untuk menentukan derajat keparahan serta ada tidaknya infeksi yang menyertai. Sistem SCORAD dapat digunakan untuk penilaian eksema. Dari penilaian tersebut, eksema digolongkan menjadi:
1. Eksema ringan (skor SCORAD < 15): perubahan warna kulit menjadi kemerahan, kulit kering yang ringan, gatal ringan, tidak ada infeksi sekunder
2. Eksema sedang (skor SCORAD antara 15 – 40): kulit kemerahan, infeksi kulit ringan atau sedang, gatal, gangguan tidur, dan likenifikasi
3. Eksema berat (skor SCORAD > 40): kemerahan kulit, gatal, likenifikasi, gangguan tidur, dan infeksi kulit yang semuanya berat.
Kulit yang mengalami eksema lebih rentan terhadap infeksi sekunder oleh bakteri atau virus. Infeksi harus dipertimbangkan jika eksema bertambah parah atau tidak memberi respon terhadap pengobatan. Eksema yang terinfeksi didiagnosis jika ditemukan eksema yang mengalami ekskoriasi, basah, dan membentuk kerak.
b. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah inflamasi pada kulit yang terjadi karena kulit telah terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit atau menyebabkan reaksi alergi. Dermatitis kontak akan menyebabkan ruam yang besar, gatal dan rasa terbakar dan hal ini akan bertahan sampai berminggu-minggu. Gejala dermatitis kontak akan menghilang bila kulit sudah tidak terpapar oleh bahan yang mengiritasi kulit tersebut.
Dermatitis dibagi menjadi 2 :
1. DERMATITIS KONTAK IRITAN (DKI)
Dermatitis kontak iritan dicetuskan dari paparan ke bahan yang toksin atau iritatif ke kulit manusia, dan tidak disebabkan reaksi alergi. DKI terjadi seringkali karena paparan sabun dan deterjen
Epidemiologi dan etiologi
Dermatitis kontak iritan dapat diderita oleh semua orang dari berbagai golongan umur, ras, dan jenis kelamin. Penyebab munculnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut berperan. Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan,
Gejala klinis
Dermatitis kontak iritan juga ada dua macam yaitu dermatitis kontak iritan akut dan dermatitis kontak iritan kronis. Dermatititis kontak iritan akut Penyebabnya iritan kuat, biasanya karena kecelakaan. Kulit terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula. Dermatitis kontak iritan kronis ialah dermatitis iritan kumulatif, disebabkan oleh kontak dengan iritan lembah yang berulang-ulang (oleh faktor fisik, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin; juga bahan contohnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air).
2. DERMATITIS KONTAK ALERGI (DKA)
Dermatitis kontak alergi adalah reaksi kekebalan tubuh yang terjadi pada seseorang yang terlalu sensitif terhadap bahan kimia tertentu. Pada DKA, peradangan mungkin belum terjadi sampai 24 ? 36 jam jam setelah kontak dengan bahan kimia tersebut. Bentuk alergi berbeda dari satu orang ke orang lain. Dermatitis kontak biasanya hanya terjadi di tempat yang berkontak langsung dengan alergen
Gejala dan tanda dematitis kontak antara lain:
• Bintik-bintik atau benjolan kemerahan
• Gatal dan bengkak
• Keluar cairan dari kulit yang terkena atau timbul lenting-lenting dan bula pada kasus yang berat
• Kemerahan atau lenting pada kulit terbatas pada area yang terkena saja
Epidemiolgi dan etiologi
Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan, jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit. Penyebab dermatitis kontak alergik adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan berat molekul kurang dari 500-1000 Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di kulit.
Gejala Klinis
• Tangan. Kejadian dermatitis kontak baik iritan maupun alergik paling sering di tangan, misalnya pada ibu rumah tangga. Demikian pula kebanyakan dermatitis kontak akibat kerja ditemukan di tangan. Sebagian besar memang oleh karena bahan iritan. Bahan penyebabnya misalnya deterjen, antiseptik, getah sayuran/tanaman, semen, dan pestisida.
• Lengan. Alergen umumnya sama dengan pada tangan, misalnya oleh jam tangan (nikel), sarung tangan karet, debu semen, dan tanaman.
• Wajah. Dermatitis kontak pada wajah dapat disebabkan oleh bahan kosmetik, obat topikal, alergen yang di udara, nekel (tangkai kaca mata). Bila di bibir atau sekitarnya mungkin disebabkan oleh lipstik, pasta gigi, getah buah-buahan. – Leher. Penyebanya kalung dari nikel, cat kuku (yang berasal dari ujung jari), parfum, alergen di udara, zat warna pakaian.
• Badan. Dermatitis kontak di badan dapat disebabkan oleh pakaian, zat warna, kancing logam, karet (elastis, busa), plastik, dan detergen.
• Genitalia. Penyebabnya dapat antiseptik, obat topikal, nilon, kondom, pembalut wanita, dan alergen yang ada di tangan.
• Paha dan tungkai bawah. Dermatitis di tempat ini dapat disebabkan oleh pakaian, dompet, kunci (nikel) di saku, kaos kaki nilon, obat topikal (misalnya anestesi lokal, neomisin, etilendiamin), semen, dan sepatu.
3. SKABIES
Skabies adalah penyakit kulit yang mudah menular. Orang jawa sering menyebutnya gudig. Penyebabnya adalah Sarcoptes scabei.
Etiologi
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthopoda , kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 – 450 mikron x 250 – 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 – 240 mikron x 150 – 200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2 -3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8 – 12 hari.(Handoko, R, 2001).
Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3 – 4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. ( Mulyono, 1986).
Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7 – 14 hari. Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang. (Andrianto dan Tang Eng Tie, 1989).
Epidemiologi.
Skabies ditemukan disemua negara dengan prevalensi yang bervariasi. Dibeberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6 % - 27 % populasi umum dan cenderung tinggi pada anak-anak serta remaja. (Sungkar, S, 1995).
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemi skabies. Banyak faktor yang menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain: sosial ekonomi yang rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual yang sifatnya promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan dermografik serta ekologik. Penyakit ini dapat dimasukkan dalam P.H.S. (Penyakit akibat Hubungan Seksual). (Haandoko, R, 2001).
Patogenesis.
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan kulit timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.(Handoko, R, 2001).
Gejala Klinis.
Ada 4 tanda cardinal (Handoko, R, 2001) :
1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena, walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier).
3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ini ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimarf (pustule, ekskoriasi dan lain-lain). Tempat predileksinya biasanya merupakan tempat dengan stratum korneum yang tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, areola mammae (wanita), umbilicus, bokong, genitalia eksterna (pria) dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki.
Klasifikasi.
Terdapat beberapa bentuk skabies atipik yang jarang ditemukan dan sulit dikenal, sehingga dapat menimbulkan kesalahan diagnosis. Beberapa bentuk tersebut antara lain (Sungkar, S, 1995):
1. Skabies pada orang bersih (scabies of cultivated).
Bentuk ini ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar ditemukan.
2. Skabies incognito.
Bentuk ini timbul pada scabies yang diobati dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik, tetapi tungau tetap ada dan penularan masih bisa terjadi. Skabies incognito sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak biasa, distribusi atipik, lesi luas dan mirip penyakit lain.
3. Skabies nodular
Pada bentuk ini lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genitalia laki-laki, inguinal dan aksila. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensetivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus yang berumur lebih dari satu bulan tungau jarang ditemukan. Nodus mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun meskipun telah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
4. Skabies yang ditularkan melalui hewan.
Di Amerika, sumber utama skabies adalah anjing. Kelainan ini berbeda dengan skabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak/memeluk binatang kesayangannya yaitu paha, perut, dada dan lengan. Masa inkubasi lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat sementara (4 – 8 minggu) dan dapat sembuh sendiri karena S. scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada manusia.
5. Skabies Norwegia.
Skabies Norwegia atau skabies krustosa ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga bokong, siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku. Berbeda dengan skabies biasa, rasa gatal pada penderita skabies Norwegia tidak menonjol tetapi bentuk ini sangat menular karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan). Skabies Norwegia terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau dapat berkembangbiak dengan mudah.
6. Skabies pada bayi dan anak.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi di muka. (Harahap. M, 2000).
7. Skabies terbaring ditempat tidur (bed ridden)
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas. (Harahap. M, 2000).
3. Cara Penularan Penyakit Kulit
a) Yang disebabkan oleh Parasit yaitu Scabies
Scabies penyakit kulit yang menular,waktu tertular sampai terkena penyakit berbeda-beda,infeksi baru= 2-6 minggu dan infeksi= 1-4 hari, sebagian besar kasus ini ditularkan :
• secara langsung : melalui berjabat tangan dengan orang yang terinfeksi scabies.
• secara tak langsung : pemakaian handuk dan pakaian bersama-sama.
b) Yang disebabkan oleh virus yaitu Herpes simpleks
Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA menular masuk kedalam nukleus sel dan memanfaatkan mesin reproduksi sel untuk replikasi. Ada dua jenis herpes simpleks yaitu :
• Tipe 1 : biasanya menyerang bibir,mulut,hidung,dan pipi.herpes ini diperoleh dari kontak yang dekat dengan anggota keluarga dan teman yang terinfeksi tanpa hubungan seksual,penularannya melalui ciuman,sentuhan,dan pemakaian handuk bersama.
• Tipe 2 : biasanya menginfeksi daerah genital dan biasanya didahului oleh suatu hubungan seksual tetapi tidak selalu.
c) Yang disebabkan oleh jamur yaitu Kandidiasis perianal
• Kontak secara tidak langsung seperti pemakaian handuk dan pakaian bersama.
• Adanya faktor keturunan
d) Yang disebabkan oleh Immunologi yaitu Dermatitis Atopik.
Faktor immunologi : peningkatan produksi immunoglobin E karena produksi limfosit T meningkat.
Faktor turunan : resesif autosoma.
4. Pengobatan
5. ASKEP
HERPES SIMPLEKS
Herpes simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simpleks / virus hominis.(FK unair, 1993)
Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Partikel DNA yang menular masuk kedalam nucleus sel dan memanfaatkan mesin reproduksi sel untuk replikasinya sendiri (Sylvia & Wilson, 1995).
Herpes simpleks terdiri dari dua tipe :
Herpes simpleks tipe I, biasanya mengenai bibir, mulut, hidung dan pipi. Bentuk herpes ini diperoleh dari kontak dekat dengan anggota keluarga atau teman yang terinfeksi, melalui ciuman, sentuhan atau memakai pakaian / handuk mandi bersama, dan tidak ditularkan melalui hubungan seksual.
Herpes simpleks tipe II, biasanya menginfeksi daerah genital dan didahului oleh hubungan seksual, akan tetapi, sesuai dengan perkenbangan pola hubungan seksul, kasus ini dapat timbul tanpa harus melalui hubungan seksual.
ASUHAN KEPERAWATAN HERPES SIMPLEKS
Pengkajian
1. biodata. Dapat terjadi pada semua orang di semua umur; sering terjadi pada remaja dan dewasa mudah. Jenis kelamin; dapat terjadi pada pria dan wanita. Pekerjaan; beresiko tinggi pada penjaja seks komersial.
2. keluhan utama. Gejala yang sering menyebabkan penderita dating ketempat pelayanan kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.
3. riwayat penyakit sekarang. Kenbangkan pola PORST pada setiap keluahan klien. Pada beberapa kasus, timbul lesi / vesikel berkelompok pada penderita yang mengalami demam atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang mengalami trauma fisik maupun psikis. Penderita merasa peradangan berat dan vesikulasi yang luas.
4. riwayat penyakit dahulu. Sering diderita kembalia oleh kllien yang pernah mengalami penyakit herpes simpleks atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
5. riwayat penyakit keluarga. Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinveksi virus ini.
6. riwayat psikososial. Klien denga penyakit kulit, terutama yang lesinya berada pada bagian muka atau yang dapat dilihat oleh orang, biasanya mengalami gangguan konsep diri. Hal itu meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri. Reaksi yang mungkin timbul adalah:
a. menolak untuk menyentu atau melihat salah-satu bagian tubuh.
b. Menarik diri dari kontak sosial.
c. Kemampaun unutk mengurus diri berkurang.
7. kebutuhan sehari hari. Dengan adanya nyeri, kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami gangguan, terutama untuk istirahat / tidur dan aktivitas. Terjadi gangguan buang air besar dan buang air kecil pada penderita herpes simpleks genitalis. Penyakit ini sering diderita oleh klien yang mempunyai kebiasaan menggunakan alat-alat pribadi secara besama-sama (handuk,pakaian dalam, dan pakaian renang milik orang lain) atau klien yang mempunyai kebiasaan melakukan hubungan seksual dengan berganti – ganti pasangan.
8. pemeriksaan fisik. Keadaan umum klien bergantu pada luas, lokasi timbul lesi, dan daya tahan tubuh klien. Pada kondisi awal / saat proses peradangan, dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital yang lain. Pada pengkajian kulit, ditemukan adanya vesikel – vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi, dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi sekunder. Perhatikan mukosa mulut, hidung dan penglihatan klien. Pada pemeriksaan genetalia pria, daerah uretra, dan daerah anus. Sedangkan pada wanita, daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayor dan minor, klitoris, intratus vagina, dan serviks. Jika timbul lesi, catat jenis, bentuk, ukuran / luas, warna, dan keadaan lesi. Palpasi kelenjar limfe regional, periksa adanya pembesaran kelenjar limfe regional.
Untuk mengetahui adanya nyeri, kita dapat mangkaji respon individu terhadap nyeri akut secara fisiologis atau melalui respon prilaku. Secara fisiologis, terjadi diaforesis, peningkatan denyut jantung, peningkatan pernapasan, dan peningkatan penekanan darah; pada prilaku, dapat dijumpai menangis, merintih, atau marah. Lakyukan pengukuran nyeri dengan menggunakan skala nyeri 0-10 (0=tidak ada nyeri, 10= nyeri paling hebat) untuk orang dewasa. Untuk anak – anak, pilih skala yang sesuai dengan usia perkenbangannya kita dapat mengguankan skala wajah untuk mengkaji nyeri sesuai usia; libatkan anak dalam pemilihan. Wong dan Baker (1988), menemukan bahwa pengukuran dari usia 3 tahun sampai dengan remaja adalah dengan skala wajah.
9. pemeriksaan laboratorium. Ditemukan hasil uji Tzank positif.
Diagnosis dan intervensi
Kemungkinan masalah keperawatn yang timbul pada klien dengan herpes simpleks adalah:
• nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan
• gangguan citra tubuh / gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.
• Resiko penularan infeksi yang berhubungan dengan pemanjanan melalui kontak (langsung, tidak langsung, kontak droplet).
DK. Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Nyeri akut adalah keadaan ketika individu mengalami dan mengeluhkan adanya ketidaknyamanan berat atau sensorik tak-nyaman, yang berlangsung selama 1 detik sampai kurang dari 6 bulan.
Hasil yang diharapkan:
1. klien mengungkapkan nyeri berkurang / hilang.
2. menunjukan mekanisme koping spesifik untuk pada nyeri dan metode untuk mengontrol nyeri secara benar.
3. kllien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri.
Rencana keperawatan:
1. kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri.
2. kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri.
3. sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responnya terhadap nyeri; akui adanya nyeri, dengkarkan dan perhatikan klien saat mengungkapkan nyerinya, sampaikan bahwa mengkaji nyerinya bertujuan untuk lebih memahaminya.
4. kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau tindakan.
5. beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab rasa nyeri.
6. diskusi dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi, relaksasi, imajinasi, dan ajarkan teknik / metode yang dipilih.
7. jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien.
8. kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesik.
9. pantau tanda – tanda vital.
10. kaji kembali respon klien terhadap tindakan penurunan rasa sakit / nyeri.

DK. Gangguan citra tubuh / gambaran diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit herpes simpleks.
Hasil yang diharapkan:
1. klien mengatakan dan menunjukan penerimaan atas penampilannya.
2. menunjukan keinginan dan kemampuan untuk melakukan perawatan diri.
3. melakukan pola-pola penanggulangan yang baru.
Rencana keparawatan:
1. ciptakan hubungan saling percaya antara klien-perawat.
2. dorong klie untuk menyetakan perasaannya, terutama tentang cara ia merasakan, berpikir, atau memandang dirinya.
3. jernihkan kesalahan konsepsi individu tentang dirinya, penatalaksanaan, atau perawatan diri.
4. hindari mengritik.
5. jaga privasi dan lingkungan individu.
6. berikan informasi yang dapat dipercaya dan penjelasan informasi yang telah diberikan.
7. tingkatkan interaksi sosial.
a. Dorong klien untin melakukan aktifitas
b. Hindari sikap terlalu melindungi, tetapi terbatas pada permintaan individu.
8. dorong klien dan keluarga untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
9. beri kesempatan klien untuk berbagi pengalaman dengan orang lain.
10. lakukan diskusi tentang pentingnya mengkomunikasikan penilaian klien dan pentingnya sistem daya dukungan bagi mereka (Dudas,1993).
11. dorong klien untuk berbagi rasa, masalah, kekuatiran, dan persepsinya.

DK.risiko penularan infeksi yang berhubungan dengan pemajanan melalui kontak (langsung, tidak langsung, kontak droplet).
Hasil yang diharapkan:
1. klien menyebutkan perlunya isolasi sampai ia tidak lagi menularkan infeksinya.
2. klien dapat menjelaskan cara penularan penyakit.
Rencana keperawatan:
1. jelaskan tentang penyakit harpes simpleks, penyebab, cara penularan, dan akibat yang ditimbulakan.
2. anjurkan klien untuk menghentikan kegiatan hubungan seksual selama sakit dan jika perlu menggunakan kondom.
3. beri pejelasan tentang pentingnya melakukan kegiatan seksual dengan satu orang (satu sama lain saling setia) dan pasangan yang tidak terinfeksi (hubungan seks yang sehat.)
4. lakukan tindakan pencegahan yang sesuai:
a. cuci tangan sebelum dan sesudah ke semua klien atau kontak dengan spesimen.
b. Gunakan sarung tangna setiap kali melakukan kontak langsung dengan klien.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memisahkan alat-alat mandi klien, dan tidak menggunakannya bersama (handuk,pakaian,baju dalam,dll).
d. Kurangi transfer patogen dengan cara mengisolasi klien selama sakit (karena penyakit ini disebabkan oleh virus yang dapat melalui udara).
SKABIES
Definisi Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinnim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter. Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
Di dalam terowongan ini, kutu bersarang dan mengeluarkan telurnya. Dalam waktu tujuh sampai 14 hari, telur menetas dan membentuk larva yang dapat berubah menjadi nimfa, selanjutnya terbentuk parasit dewasa. Hal yang paling disukai kutu betina adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah sekitar sela jari kaki dan tangan, siku, pergelangan tangan, bahu, dan daerah kemaluan. Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis, telapak tangan, kaki, muka, dan kulit kepala sering diserang kutu tersebut.
Faktor penunjang penyakit ini antara lain social ekonomi rendah, hygiene buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis serta ekologik. Penularan penyakit skabies inidapat terjadi scara langsung maupun tidak langsung, karenanya tak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, di pesantren. Adapun cara penularannya adalah sebagai berikut :
• Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual.
• Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dll.
Penularan biasanya oleh sarcoptes betina yang telah dibuahi atau dalam bentuk larva.

Dikenal juga dengan Sarcoptes scabei varian animals yang kadang- kadang dapat menulari manusia, terutama pada orang yang memelihara hewan seperti anjing. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative sempit. Apabila tingkat kesadaran yang dimiliki oleh banyak kalangan masyarakat masih cukup rendah, derajat keterlibatan penduduk dalam melayani kebutuhan akan kesehatan yang masih kurang, kurangnya pemantauan kesehatan oleh pemerintah, faktor lingkungan terutama masalah penyediaan air bersih, serta kegagalan pelaksanaan program kesehatan yang masih sering kita jumpai, akan menambah panjang permasalahan kesehatan lingkungan yang telah ada. Penularan scabies terjadi ketika orang-orang tidur bersama di satu tempat tidur yang sama di lingkungan rumah tangga, sekolah-sekolah yang menyediakan fasilitas asrama dan pemondokan, serta fasiltas-fasilitas kesehatan yang dipakai oleh masyarakat luas. Di Jerman terjadi peningkatan insidensi, sebagai akibat kontak langsung maupun tak langsung seperti tidur bersama. Faktor lainnya fasilitas umum yang dipakai secara bersama-sama di lingkungan padat penduduk. Dibeberapa sekolah didapatkan kasus pruritus selama beberapa bulan yang sebagian dari mereka telah mendapatkan pengobatan skabisid.
Pengklasifikasian dari skabes ini terbagi atas :
 Scabies pada orang bersih, yaitu ditandai dengan lesi berupa papul dan terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga jarang dijumpai.
 Scabies nodular, yaitu lesi berupa nodus coklat kemerahan yang gatal. Nodus biasanya terdapat didaerah tertutup, terutama pada genetala laki-laki. Nodus ini timbul sebagai reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies.
 Scabies yang ditularkan melalui hewan,yaitu sumber utamanya adalah anjing, kelainan ini berbeda dengan scabies manusia karena tidak terdapat terowongan, tidak menyeang sela jari dan genetalia eksterna. Lesi biasanya terdapat pada daerah dimana orang sering kontak dengan binatang kesayangannya. Kelainan ini hanya bersifat sementara karena kutu binatang tidak dapat melanutkan siklus hidupnya pada manusia.
 Scabies pada bayi dan anak, yaitu lesi scabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala, leher, telapak tangan dan kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder impetigo sehingga terowongan jarang ditemukan.
 Scabies terbaring ditempat tidur, yaitu kelainan yang sering menyerang pada penderita penyakit kronis dan pada orang yang lanjut usia yang terpaksa harus tinggal ditempat tidur terus. Sehingga orang itu dapat menderita scabies dengan lesi yang terbatas.
 Scabies Norwegia atau scabies krustosa, ini ditandai oleh lesi yang luas dengan krusta,skuama generaisata dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predleksi biasanya kulit kepala yang berambut, telinga, bokong,siku, lutut, telapak tangan dan kaki yang disertai distrofi kuku, namun rasa gatal tidak terlalu menonjl tetapi sangat menular karena jumlah tungau yang menginfeksi sangat banyak (ribuan).
Etiologi Skabies
Scabies dapat disebabkan oleh kutu atau kuman sercoptes scabei varian hominis. Sarcoptes scabieiini termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S. scabiei yang lainnya pada kambing dan babi. Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450 mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat. Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di atas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup dalam terowongan yang digali oleh yang betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat hidup sebulan lamanya. Telurnya akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari. Telur menetas menjadi larva dalam waktu 3-4 hari, kemudian larva meninggalkan terowongan dan masuk ke dalam folikel rambut. Selanjutnya larva berubah menjadi nimfa yang akan menjadi parasit dewasa. Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, sedangkan tungau jantan mati setelah kopulasi. Sarcoptes scabiei betina dapat hidup diluar pada suhu kamar selama lebih kurang 7-14 hari.Yang diserang adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, contohnya lipatan kulit pada orang dewasa. Pada bayi, karena seluruh kulitnya masih tipis, maka seluruh badan dapat terserang penyakit skabies ini.
Manifestasi klinis
Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal berikut :
 Pruritus noktuma (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
 Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seliruhanggota eluarga.
 Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada uung menjadi pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum komeum tpis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea, umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan ulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
 Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostk. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulsis.
Patofisiologi Skabies
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari lokasi tungau.
Pemeriksaan penunjang
Cara menemukan tungau:
 Carilah mula-mula terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesiel. Congkel dengan jarum dan letakkan diatas kaca obyek, lalu tutup dengan aca penutup dan lhat dengan mikroskop cahaya.
 Dengan cara menyikat dengan siat dan ditampung diatas selembar kertas putih dan dilihat dengan kaca pembesar.
 Dengan membuat bipsi irisan, caranya ; jepit lesidengan 2 jari kemudian buat irisa tipis dengan pisau dan periksa dengan miroskop cahaya.
 Dengan biopsy eksisional dan diperiska dengan pewarnaan HE.
Penatalaksanaan
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
 Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan iritasi.
 Emulsi benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
 Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada gejala, diulangi seminggu kemudian.
 Krokamiton 10% dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir.
 Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan untuk parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
 Pemberian antibitika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan.

ASUHAN KEPERAWATAN SKABIES
A. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan:
1. Biodata
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Psikososial
7. Pola kehidupan sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
9. Pemeriksaaan laboratorium
10. Terapi
B. Diagnosa dan intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi
KH:
 nyeri terkontrol
 gatal mulai hilang
 push hilang
 kulit tidak memerah
Intervensi:
 kaji TTV
 kaji intensitas nyeri, karakteristik dan catat lokasi
 berikan perawatan kulit dengan sering, hilangkan rangsangan lingungan yang kurang menyenangkan
 kolaborasi dengan dokter pemberi analgesic
 koaborasi pemberian antibiotika

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
KH:
- mata klien tidak bengkak lagi
- klien tidak sering terbangun dimalam hari
- klien tidak pucat
Intervensi:
- kaji tidur klien
- berikan kenyamanan pada klien (kebersihan tempat tidur klien)
- kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik
- catat banyaknya klien terbangun dimalam hari
- berikan lingkungan yang nyaman dan kurangi kebisingan
- berikan minum hangat (susu) jika perlu
- berikan musik klasik sebagai pengantar tidur
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampian
KH:
- mengungkapan penerimaan atas penyakit yang di alaminya
- mengakui dan memantapkan kembali system dukungan yang ada
Intervensi:
- Dorong individu mengekspresian perasaan mengenai pikiran dan pandangan dirinya
- Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah penanganan, perkembangan kesehatan

4. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
KH:
- Klien tidak resah
- Klien tampak tenang dan mampu menerima kenyaataan
- KLien mampu mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas serta postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan bekurangnya kecemasan
Intervensi:
- Identifiasi kecemasan
- Gunakan pendekatan yang menenangan
- Temani pasien untuk memberian keamanan dan mengurangi takut
- Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
- Berikan informasi faktual tentang diagnosis, tindakan prognosis
- Berikan obat untuk mengurangi kecamasan

5. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak dan prosedur infasif
KH:
- Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
- Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
- Menunjukkan perilaku hidup sehat
- Mendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan dan penatalaksanaannya
Intervensi:
- Monitor tanda dan gejala infeksi
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung untk mencuci tangan saatberkunjung dan setelah meninggalkan pasien
- Pertahankan lingkngan aseptic selama pemasangan alat
- Berikan perawatan kulit pada area epidema
- Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap kemerahan,panas
- Inspeksi kondisi luka
- Berikan terapi anibiotik bila perlu
- Ajarkan cara menghindari infeksi
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema
KH :
- Integritas kulit yang bak dapat dipetahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
- Tidak ada luka atau lesi pada kulit
- Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit serta perawatan alami
- Perfusi jaringan baik
Intervensi:
- Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
- Monitor kulit akan adanya kemerahan
- Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun

6. Komplikasi
a. Scabies
Komplikasinya adalah:
1. Impetiginisasi sekunder adalah komplikasi yang lazim ditemui dan umumnya berespon baik terhadap pemberian antibiotik oral maupun topikal, tergantung pada tingkat pioderma.
2. Dapat timbul limfangitis dan septikemia, terutama pada kasus skabies berkrusta.
3. Glomerulonefritis post-streptokokus diakibatkan oleh pioderma yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes yang diinduksi skabies.
b. Herpeks Simpleks
Komplikasinya adalah:
1. Dapat terjadi infeksi bakteri sekunder pada vesikel
2. Herpeks simpleks 1 dapat menginveksi mata,menyebabkan kebutaan (keratokonjungtivitis). Infeksi herpes simpleks 2 primerselama kehamilan dapat menyebabkankerusakan susunan saraf pusat janin sehingga terjadi kebutaan dan retardasi mental. Risiko pada janin kehamilan.
3. Infeksi pada neonatus dapat terjadi melalui infeksi asendens dari serviks atau vagina selama kehamilan,atau sewaktu bayi melewati jalan lahir yang terinfeksi.
c. Dermatitis Atopik
Komplikasinya adalah:
Infeksi kulit oleh bakteri permukaan yang lazim dijumpai,terutama staphylococcus aureus,atau oleh virus misalnya herpes simpleks. Pengidap penyakit ini sebaiknya menghindari inokulasi virus hidup yang telah dilemahkan.
d. HERPES ZOSTER
Komplikasinya adalah:
1. Infeksi sekunder
2. Neuralgia pasca-herpetika adalh rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah penyakit sembuh.
3. Kerotitis,kerato-konjungtiva berupa komplikasi dari herpes zoster oftalmikus.
4. Herpes zoster generalisata,bentuk klinis yang berat dengan gejala umum yang berat dan lesi timbul tersebar merata keseluruh tubuh
5. Alopesia arkata
6. Sindrom Ramsay Hunt. Gangguan pada saraf facialis dan saraf optikus menimbulkan lumpuh pada wajah,telinga berdenging,sakit kepala seperti berputar,gangguan pendengaran dan mual.
INFORMASI TAMBAHAN
JENIS – JENIS RUAM
A. Ruam Primer
Makula
Hal ini merupakan perubahan dalam warna kulit. Mereka bervariasi dalam ukuran dan bentuk, dan tampak sebagai pewarnaan pada kulit. Makula dibentuk dari :
1. Deposit pigmen dalam kulit, misalnya frekles.
2. Keluarnya darah kedalam kulit, misalnya petekie.
3. Dilatasi permanen dari pembuluh kapiler, misalnya nevi.
4. Dilatasi sementara dari pembuluh darah kapiler, misalnya eritema.

Papula
Terdapat elevasi yang dapat diraba dari kulit yang bervariasi diameternya dari sekitar 1-5 mm. Permukaan dapat tajam, bulat atau datar. Mereka terletak superficial dan dibentuk dari proliferasi sel atau eksudasi cairan ke dalam kulit.

Nodul
Ini serupa dengan papula tetapi terletak lebih dalam. Mereka bervariasi dalam ukuran dan biasanya lebih besar dibandingkan papula. Contoh daro nodul subkutan adalah nodul rematisme akut.

Vesikel
Vesikel merupakan lepuh kecil yang dibentuk dengan akumulasi cairan dalam epidermis ; mereka biasanya diisi dengan cairan serosa dan ditemukan pada anak-anak yang menderita eksema.

Bula Atau Pustula
Bula merupakan vesikel besar yang mengandung serum, pus atau darah. Mereka ditemukan misalnya pada pemfigus neonatorum.

Gelegata
Gelegata merupakan elevasi sementara kulit yang disebabkan oleh edema dermis dan dilatasi kapiler sekitarnya. Biasanya berkaitan dengan respon alergi terhadap bahan asing.


B. Ruam Sekunder
Skuama
Skuama merupakan lapisan tanduk dari epidermis mati yang menumpuk pada kulit yang dapat berkembang sebagai akibat perubahan inflamasi. Keadaan ini ditemukan pada psoariasis.

Krusta
Ini terbentuk dari serum, darah atau nanah yang mengering pada kulit. Masing-masing dapat dikenal dengan warna berikut : merah kehitaman (krusta darah), kuning kehitaman (krusta nanah), berwarna madu (krusta serum).

Fisura
Ini merupakan retakan kecil yang meluas melalui epidermis dan memaparkan dermis. Mereka dapat terjadi pada kulit kering dan pada inflamasi kronik.
Ulkus
Ulkus merupakan lesi yang terbentuk oleh kerusakan lokal dari seluruh epidermis dan sebagian atau seluruh korium di bawahnya.
MEKANISME GATAL
Patogen → basofil → histamin → reseptor histamin H1 → saraf pada kulit → spinal cord → thalamus → STT → korteks cerebral → GATAL


DAFTAR PUSTAKA

• Price, Silvia A. and Lorraine M. Wilson.2005. Patofisiologi Vol. 2. EGC : Jakarta
• Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
• Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
• Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
• Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medikal.
• http://city74.wordpress.com/category/fisiologi-kulit-dan-pengaruh-kosmetik/
• http://cupu.web.id/anatomi-dan-fisiologi-kulit/
• http://clittlebee.wordpress.com/2008/11/05/fisiologi-kulit/
• http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_3._ANATOMI_FISIOLOGI_KULIT
• http://www.apoteker.info/Topik%20Khusus/histamin.htm
• http://medicastore.com/penyakit/791/Reaksi_Alergi.html
• http://www.medicalera.com/index.php?option=com_myblog&show=jangan-remehkan-keluhan-gatal.html&Itemid=314
• http://www.klikdokter.com/illness/detail/136

0 komentar:


Blogspot Templates by Isnaini Dot Com and Wedding Bands. Powered by Blogger